Alhamdulillah Ustaz Achmad Maulana Kepala Divisi Al-Qur’an LPIT Al Uswah Tuban berhasil meraih sanad tilawah dan tahfidz 30 juz Qiraah Riwayat Hafs ‘An Ashiim Min Thoriiq Asyaathibiyyah dari Syekh Taufiqurrahman Al Atsari dari Mesir. Sanad ini ia dapatkan langsung dari mesir setelah tes tilawah dan tahfidz secara online dari Indonesia.
Memiliki sanad Al-Qur’an merupakan impian dan kebanggaan di setiap para penghafalnya. Sebuah silsilah istimewa yang bersambung hingga Nabi Muhammad SAW dari Malaikat Jibril dari Rabb semesta alam. Tak heran jika banyak guru yang berlomba-lomba untuk bisa meraihnya.
Metode bersanad ini berarti membaca tilawah sesuai dengan tuntunan Rasulullah Saw. Karena itu, harus ada rujukan dari orang-orang (perawi, Syeikh) yang menjadi sandaran atau jalan yang menghubungkan satu hadis atau sunnah sampai pada Nabi Saw. Itu artinya, kita jangan belajar Alquran sendiri, harus berguru pada ahlinya yang memiliki kemampuan membaca Alquran sesuai tuntuntan Rasulullah.
Adanya pewarisan hafalan Al-Qur’an 30 juz dari Rasulullah SAW, Sahabat, Tabiin, Tabiut tabien, para Imam Qiraah (Qiraah Sab’ah), bersambung hingga generasi sekarang. Dengan adanya sanad maka keaslian dan keotentikan Al-Qur’an tetap terjamin sejak era hidupnya Rasulullah hingga hari kiamat nanti.
Ada 2 syarat utama yang harus dimiliki oleh seseorang yang hendak mewarisi sanad Al-Qur’an. Yakni, hafalan Al-Quran yang kuat (mutqin) dan menguasai ilmu tajwid.
Imam As Suyuthi rohimahulloh pernah menyinggung hal ini dalam kitab Al Itqon fi ‘Ulumil Quran :
“Ijazah (sanad Al-Qur’an) bukanlah merupakan syarat bolehnya seseorang untuk mengajarkan Al-Qur’an. Oleh sebab itu, siapa saja yg memiliki kapabilitas maka ia berhak untuk mengajarkan Al-Qur’an meskipun tidak memiliki sanad. Dan seperti itulah keadaan para salafussholih terdahulu, baik mengajarkan Al-Qur’an ataupun berfatwa. Tidak sebagaimana yg dipahami oleh sebagian orang jahil bahwa memiliki sanad merupakan syarat untuk mengajar.
Adapun munculnya istilah ijazah sanad sendiri dilatarbelakangi karena kapasitas seorang guru seringkali tidak diketahui oleh para penuntut ilmu yang hendak belajar kepadanya. Hal ini disebabkan karena mereka memang belum memahami hal tersebut, padahal mencari seseorang guru yang memiliki kapabilitas merupakan syarat sebelum mengambil ilmu. Oleh karenanya munculah istilah ijazah sanad yang memiliki kedudukan layaknya sebuah sertifikat dari seorang Syaikh bahwa muridnya sudah layak untuk mengajar.”
Ustaz Maulana menceritakan, awalnya ia ingin punya sanad langsung dari yang pakar Al-Qur’an. Ia cari-cari info temannya yang di Mesir, ketika sudah dapat di Syekh Taufiqurrahman Al Atsari. Ia langsung daftar dan alhamdulillah keterima. Ia lantas dites tilawah 30 juz oleh Syekh Taufiqurrahman Al Atsari selama 33 hari selesai. Target dalam sehari minimal 2,5 juz. Terkadang juga lebih menyesuaikan jadwal.
Adapun yang diteliti betul dan dikoreksi oleh Syekh Taufiqurrahman Al Atsari yakni makhorijul huruf, sifatul huruf, dan tajwid secara keseluruhan. Alhamdulillah saya lulus tilawah 30 juz. Seusai lulus tilawah 30 juz, lantas ia lanjutkan tes tahfiz 30 juz. Awal tes tahfidz di bulan November 2021 dan selesai Februari 2022. Alhamdulillah sertifikat sanad turun bulan Maret 2022 setelah melalui beberapa proses.
Ustaz Maulana mendapat sanad di urutan 29 dari Syekh Taufiqurrahman Al Atsari yang tersambung lurus ke Rasulullah. Saya di urutan sand ke 30 sekarang atas nama Achmad Maulana bin Sumono bin Sumadi dari Indonesia. Ke depan beliau ingin mengajarkan apa yang diperoleh ke guru-guru Al-Qur’an Al Uswah Tuban dan umum. Ia juga bisa mengeluarkan sanad kepada yang telah lulus baik tilawah dan tahfidznya. Selain itu, ia juga akan membuka kelas bejalar Al-Qur’an di rumahnya di Perumahan Bukit Karang Tuban.
Setelah Ustaz Maulana lulus dari Mesir, jadi lebih paham beberapa ilmu. Jika dulu saat saya belajar di Indonesia ada perbedaan. Saya jadi lebih banyak referensi untuk mengajarkan Al-Qur’an.
0 Comments