Oleh: Fauzi Prayitno, M.A.
Ad-Darimi meriwayatkan, suatu ketika Rasulullah melewati dua majelis di dalam masjid. Majelis pertama berisikan para sahabat yang sedang berdoa kepada Allah. Sedangkan di majelis kedua, para sahabat tengah melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Kata Rasulullah, kedua majelis tersebut bagus, namun yang kedua-lah yang lebih utama. Kemudian Rasulullah duduk di majelis yang sedang mengadakan aktivitas belajar-mengajar.
Rasulullah dibekali Allah dengan tiga hal sehingga membantunya mencapai keberhasilan dalam melaksanakan tugasnnya.
Pertama, empati, kasih sayang, dan ambisi akan keberhasilan dan kesuksesan umatnya. Rasulullah mendidik umatnya dengan landasan empati dan kasih sayang. Ambisi beliau hanya satu, yaitu bagaimana agar umatnya berhasil dan sukses di dunia dan di akhirat.
Kedua, berkata benar (shiddiq) dan dapat dipercaya (al-amin). Apa yang disampaikan Rasulullah adalah kebenaran. Beliau tidak pernah menyampaikan apa yang tidak diwahyukan kepadanya. Sifat inilah yang seharusnya dimiliki seorang pendidik. Menyampaikan atau mengajarkan apa yang diketahui, bukan sesuatu yang tidak diketahui.
Ketiga, berjuang tanpa pamrih. Rasulullah tidak pernah memikirkan imbalan atas pengajaran yang diberikan kepada para sahabatnya.
Abu Sa’id al-Khudri menyampaikan, “Maka Rasulullah Saw. duduk di tengah kami, agar jarak antara dirinya dengan kami seimbang. Kemudian beliau memberikan isyarat dengan tangannya agar mereka duduk melingkar sehingga wajah mereka tampak oleh beliau,” hadits riwayat Abi Dawud.
Suatu ketika Rasulullah mendatangi para sahabatnya yang tinggalnya di emperan Masjid Nabawi. Semula Rasulullah bertanya perihal kondisi mereka. Namun kemudian Rasulullah menyampaikan suatu hal, mereka kemudian menjawabnya. Dan begitu seterusnya. Rasulullah dan mereka saling menimpali. Rasulullah dan para sahabat menjadi aktif. Rasulullah tidak hanya menyampaikan pengetahuannya saja, tapi mendorong para sahabat untuk mengeluarkan pemikiran dan pendapatnya tanpa rasa takut karena mendapatkan kesempatan.
Rasulullah. Ketika mendapatkan wahyu, Rasulullah menyampaikannya wahyu dari Allah dengan kalimat yang menimbulkan empati, menjelaskan dengan singkat, padat, dan langsung ke intinya, serta memberikan gambaran ataupun permisalan dalam hadits-hadits beliau.
Dalam menyampaikan pendidikan dan pengajaran, Rasulullah juga menyampaikan kisah-kisah yang terkait firman Allah. Rasulullah sengaja menyertakan kisah dalam pengajarannya untuk membantu menjelaskan suatu pemikiran dan mengungkapkan suatu masalah.
Rasulullah juga kerap kali memberikan penugasan kepada para. Para sahabat yang dianggap sudah mahir dalam suatu hal dikirim untuk memberikan pengajaran kepada mereka yang belum tahu. Sesuai hadits riwayat Muslim, Anas bin Malik berkata bahwa suatu ketika beberapa orang mendatangi Rasulullah. Mereka meminta Rasulullah untuk mengirimkan orang-orang yang dapat mengajarkan Al-Qur’an dan Sunnah kepada mereka. Maka Rasulullah mengirimkan 70 orang dari kalangan Anshar untuk memberikan pengajaran kepada mereka. “Nabi mengirimkan mereka untuk memenuhi permintaan orang-orang di atas. Namun sebelum sampai di tempat tujuan mereka dihadap dan dibunuh,” kata Anas bin Malik.
Rasulullah memberikan teladan dan panutan (al-uswah dan al-qudwah) dalam mendidik para sahabat. Dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa di dalam diri Rasulullah terdapat sifat-sifat suri teladan yang baik. Rasulullah pasti menerapkan apa yang disampaikanya dalam laku sehari-hari. Ketika Rasulullah memerintahkan kepada sahabatnya untuk melakukan suatu hal, maka sudah barang pasti beliau juga melakukannya. Begitu pun ketika beliau memerintahkan untuk menjauhi suatu hal.
Dikisahkan, suatu ketika Rasulullah menemui para sahabatnya di emperan masjid. Beliau bertanya, siapa diantara sahabatnya itu yang suka pergi ke lembah Batha’ dan al-Aqiq dan membawa pulang dua unta dengan punggung besar. Para sahabat menjawa, mereka suka melakukan itu. “Mengapa salah seorang dari kalian tidak pergi ke masjid lalu belajar dan membaca dua ayat Kitabullah yang itu lebih baik dari dari pada dua ekor unta,” kata Rasulullah dalam hadits riwayat Abu Nu’aim. Dalam hadits tersebut, Rasulullah mengumpamakan kegiatan belajar dengan unta yang gemuk. Melalui perumpamaan itu, Rasulullah mendorong agar para sahabatnya terus semangat dalam menuntut ilmu.
0 Comments