0

Oleh: Fauzi Prayitno, M.A.

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

انا باب العلم و علي مفتاحه

“Aku adalah pintunya ilmu, dan Ali adalah kuncinya”.

Sabda Rasulullah di atas menjelaskan akan luasnya pengetahuan Ali bin Ali Thalib, Ali bin Abi Thalib menjadi ulama muda di kaalangan sahabat Rasulullah. Sangat nampak kesungguhannya dalam menerima ilmu. Ali tekun memanfaatkan waktu untuk selalu beradada di sisi Nabi Muhammad. Ali juga gemar bertanya untik mendapatkan ilmu Nabi Muhammad.

Ali bin Abi Thalib berkata,

“Apabila aku bertanya, maka aku diberikan apa yang aku tanyakan tersebut. Dan apabila aku diam, maka akupun tidak mendapatkan sesuatu”.

Dikala Ali merasa malu bertanya kepada Rasulallah maka ia minta sahabat yang lain untuk menanya.

Ali menasehatkan,

“Hendaklah jangan malu salah seorang diantara kalian untuk belajar jika ia tidak mengetahui seuatu. Janganlah orang yang bodoh merasa malu bertanya atas apa yang tidak ia ketahui.

Ali bin Abi Thalib meninggalkan banyak hikmah  dan teladan  untuk pencari ilmu dengan menjelaskan adanya tiga golongan manusia dihadapan ilmu.

Pertama, Al-Ulama Ar-Rabbaniyyun (seorang berilmu yang mendalam ilmunya dan bijaksana). Rabbaniyyun adalah yang mampu menyatukan dalam dirinya antara ilmu fikih dan hikmah (kearifan). Orang-orang yang memiliki ilmu mendalam (terutama di bidang fikih) dan kebijaksanaan hidup (ahli hikmah), mereka itulah orang yang memiliki kemampuan mendidik umat dan membimbing hidup mereka. Karena hikmah adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya secara tepat, termasuk menerpakan secara tepat hukum-hukum syariat dalam realitas kehidupan manusia.

Jadi ulama Rabbani adalah kumpulan orang-orang pilihan dari umat ini. Kerena mereka memiliki dua keutamaan sekaligus, yaitu belajar ilmu dan mengajarkannya.

Kedua, Muta’allimun ala sabilin najah (penununt ilmu yang meniti jalan keselamatan). Mereka yang memurnikan niatnya (ikhlas) dalam menuntut ilmu. Hal seperti itu dilakukan karena ilmu akan menjadi sarana keselamatan mereka dari pertanggung jawaban di hadapan Allah Swt. penuntut ilmu seperti ini oleh Ali bin Abi Thalib disebut dengan istilah penuntut ilmu yang meniti jalan keselamatan.

Ketiga, mereka yang tidak mendapatkan pancaran cahaya ilmu. Tidak mempunyai pendirian , tidak memiliki keterkaitan dengan ulam Rabbani untuk mengetahui urusan-ursan agama mereka. Mereka condong mengikuti ke mana arah angin berrhembus dan larut dalam hiruk pikuk manusia dalam mengejar harta.

Dalam sebuah pesan nan berharga, Ali mengatakan,

“Ilmu lebih baik daripada harta. Ilmu menjaga diri pemiliknya, sementara harta minta dijaga pemiliknya. Ilmu semakin bertambah dengan diamalkan, sementara harta semakin  berkurang dengan disedekahkan. Ilmu menjadi penguasa, sementara harta dikuasai. Kebaikan yang didasarkan pada harta seseorang akan hilang seiring habisnya harta tersebut, sedangkan kecintaan terhadap orang yang berilmu tak akan habis meski orang yang berilmu tesebut telah tiada selama ilmunya masih diamalkan. Ilmu akan mendatangkan ketaatan bagi pemiliknya dan kenengan indah setelah kematiannya.

Demikian mutiara dari pemuda generasi emas di kalangan sahabat senior. Hal yang utama untuk diperbaiki dari pendidikan membimbing siswa dapat mencintai ilmu. Bertujuan pada pengembangan keilmuan, mendidik siswa bertindak berdasar pada ilmu. Disisi lain, ilmu sangat penting dalam upaya mengembalikan kejayaan umat Islam. Cinta ilmu dan semangat belajar  melahirkan generasi luas dalam berfikir dan bijak dalam bertindak.


Like it? Share with your friends!

0

0 Comments

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Share this
Chat
Hallo Sahabat Al Uswah
Admin ChatAl Uswah CentreWhatsApp
Dsu Al UswahWhatsApp