Oleh: Mulyadi, S.Pd.I.*
Jarak terdekat antara dua titik adalah garis lurus yang menghubungkan antara keduanya. Begitu pula jarak yang paling dekat antara dua tempat adalah menempuhnya melalui sebuah garis lurus dari tempat asal menuju tempat tujuan.
Setiap kali kita mendirikan salat senantiasa kita memohon kepada Allah kiranya kita dan anak-anak kita diberi petunjuk menuju jalan yang lurus, “(Ya Allah). Tunjukilah kami jalan yang lurus (shiratal mustaqim), yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka, bukan jalan orang-orang yang dimurkai dan bukan pula jalan orang-orang yang sesat.” (Al Fatihah:6-7).
Hidup lurus berarti hidup yang harus sesuai dengan kebenaran Islam, berkata lurus berarti berkata kebenaran sesuai dengan Islam.
Dalam kehidupan sehari-hari adakalanya seseorang ingin menuju suatu tempat yang menyejukkan hatiya , namun sering kali justru tidak menggunakan jalan yang lurus. Meski membuat jarak lebih dekat dan waktu lebih cepat, karena menempuh jalan yang lurus sering kali tidak mudah banyak hambatan dan rintangan sehingga lebih memilih jalan yang berkelok-kelok.
Begitu juga adakalanya seseorang yang mengiginkan untuk mendapatkan kebahagiaan di dalam akhirat yaitu surga yang di dalamnya penuh dengan nikmat yang tak terbatas. Sayangnya, terkadang lebih memilih jalan yang kelihatannya lebih ringan karena disukai hawa nafsunya dibanding memilih jalan yang diridai oleh Allah yang mengantarkan kebahagian di akhirnya.
Hal tersebut telah digambarkan oleh Rasulullah Saw pada 15 abad yang lalu, dalam sebuah hadits Qudsi dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah Saw bersabda: ”Ketika Allah menciptakan surga dan neraka, diutuslah Jibril kepada surga, maka Allah berfirman: “Pergilah!”
Lihatlah kepada surga itu dan kepada apa yang telah aku sediakan untuk mereka yang ingin menuju surga itu. “Maka Jibril pun pergi dan melihat kepada surga itu dan kepada apa yang telah Allah sediakan bagi calon penghuninya. Maka Jibril pun kembali dan berkata “Demi keagungan-Mu, ya Allah, tidak akan ada seorangpun yang mendengar tentang surga itu, kecuali pasti akan memasukinya”. Maka Allah memerintahkan surga dan memenuhi jalan-jalan menuju surga itu dengan al Makarih (berbagai ketidaksenangan).
Maka Allah memerintahkan Jibril: “Kembali dan lihatlah apa yang telah Aku sediakan untuk calon penghuninya!” Maka Jibril pun melihat kembali kepada surga itu, dan berkata: “Demi keagungan-Mu, ya Allah, sungguh aku khawatir bahwa tidak akan ada seorangpun yang bisa memasuki surga”. Kemudian diutus Jibril ke neraka, Allah berfirman: “Pergilah, lihatlah neraka itu dan apa yang telah Aku persiapkan bagi calon penghuninya”.
Maka Jibril pun melihat kepada neraka itu, maka tiba-tiba ia melihat api neraka itu saling bertumpuk-tumpuk, kemudian ia kembali dan berkata: “Demi keagungan-Mu, ya Allah, tidak akan ada seorangpun yang akan masuk neraka kalau dia mendengar tentang siksa neraka”. Lalu Allah memerintahkan neraka untuk memenuhi jalan menuju neraka itu dengan asy syahawaat, lalu Allah berfirman: “Pergilah dan lihatlah neraka itu”.
Maka Jibril pun pergi melihat, kemudian kembali dan berkata: “Demi keagungan-Mu, ya Allah, aku khawatir tidak ada seorangpun yang selamat dari neraka kecuali pasti akan memasukinya”. (HR Muslim)
Begitulah jalan menuju surga, jalan yang penuh dengan hal-hal yang dibenci, jalan yang dipenuhi dengan rintangan-rintangan dan amalan-amalan yang tidak disukai oleh jiwa manusia karena bertentangan dengan hawa nafsu.
Jarak antara manusia dengan penciptanya pun akan lebih dekat jika hidup senantiasa berada dalam jalan yang lurus.berada dalam jalan yang lurus berarti berada dalam jalan kebenaran, dan inilah jalan lurus yang dapat menghantarkan menuju surga.
Sebagai manusia memang sulit untuk senantiasa berada dalan jalan yang lurus, Namun kita bisa senantiasa memohon untuk diberi kekuatan untuk tetap berada dalam jalan yang lurus. Allahualam bishowab. *Kepala SDIT Al Uswah Tuban
0 Comments