Oleh: Masruhin Bagus, M.A.*
Saudaraku, momen hari raya Idul Fitri adalah momen kebahagiaan. Kebahagiaan yang dirasakan oleh seluruh umat di seluruh dunia. Khususnya umat muslim. Kebahagian itu terlihat dari antusias umat muslim dalam menyambut hari raya Idul fitri. Kehadirannya menjadi momen yang dinanti-nanti. Bahagia melihat kebahagiaan saudara-saudara kita saling bersilaturrahim, berlomba-lomba memuliakan tetangga dan tamu, saling memberi maaf, dan saling mengucapkan selamat. Indah sekali.
Budaya atau tradisi merayakan kebahagiaan di atas tentu tidak perlu dicari-cari dalilnya. Ini adalah soal akhlak kita kepada sesama. Dalilnya sudah pasti ada. Silaturrahim, memuliakan tamu dan tetangga, saling memberi maaf, dan saling mengucapkan selamat di hari raya idul fitri adalah urusan akhlak kepada sesama manusia. Menjalin hubungan dengan sesama manusia tentu harus dengan akhlak yang terbaik. Wa kholiqin naas bikhuluqin hasanin, demikian Nabi Muhammad SAW memerintahkan.
Perintah Nabi SAW tersebut bukan saja pada momen Idul Fitri. Tetapi mempraktikkannya pada momen Idul fitri pun tidak ada salahnya. Ini persoalan memanfaatkan momen yang tepat. Salah memilih waktu ketika bertamu, alih-alih menyelesaikan masalah justeru bisa menambah masalah. Ini salah satu contohnya.
Saudaraku, jika kita melakukan kesalahan dan dosa kepada Allah SWT, maka agar dosanya diampuni, kita harus mendekatkan diri kepada-Nya. Meminta ampun kepada-Nya. Begitulah caranya mendapatkan ampunan.
Nah, Allah SWT dengan maha pengasih dan penyayang-Nya, memberikan momen yang sangat indah dan membahagiakan yaitu bulan Ramadan. Bulan dimana Allah SWT membuka luas pintu ampunan (syahrul maghfirah). Kita sebagai manusia yang tidak pernah luput dari salah dan dosa tentu tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini. Kita harus banyak beristighfar, semoga Allah SWT mengampuni semua dosa-dosa kita.
Saudaraku, Allah SWT akan mengampuni hambanya yang memohon ampunan. Kesalahan kita kepada Allah SWT akan dimaafkan, jika kita meminta maaf. Tetapi jika kesalahan itu kepada sesama manusia, maka diantara manusia harus ada yang ikhlas memberikan maaf. Dengan demikian dosa sesama manusia akan terhapus. Dan Allah SWT juga akan mengampuninya.
Dalam Al-Qur’an Allah berfirman, “Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,” (QS An-Nur: 22)
Rasulullah SAW juga bersabda, “Barang siapa pernah melakukan kedzaliman terhadap saudaranya, baik menyangkut kehormatannya atau sesuatu yang lain, maka hendaklah ia minta dihalalkan darinya hari ini, sebelum dinar dan dirham tidak berguna lagi (hari kiamat). (Kelak) jika dia memiliki amal shaleh, akan diambil darinya seukuran kedzalimannya. Dan jika dia tidak mempunyai kebaikan (lagi), akan diambil dari keburukan saudara (yang dizalimi) kemudian diberikan kepadanya.” (HR. Al-Bukhari).
Jika kita sudah jelas-jelas pernah melakukan kesalahan terhadap seseorang, maka untuk lebih memastikan diikhlaskannya kesalahan dan dihapuskannya dosa, meminta maaf jelas merupakan salah satu bentuk ketawadhu’an pribadi dan tentu juga merupakan salah satu bentuk keberanian manusia. Berani mengakui kesahan dan meminta maaf.
Saudaraku, dengan saling memberikan maaf di hari raya Idul Fitri tentu akan menambah amal kebaikan kita di bulan Ramadan. Tidak harus menunggu orang lain meminta maaf, tetapi jadilah pemaaf. Dan, Allah akan memberikan ampunan kepadamu.
Bila kesalahan-kesalahan kita terhadap sesama manusia sudah mendapatkan maaf dan kita juga sudah mendapatkan ampunan dari Allah SWT, maka di hari raya Idul Fitri marilah kita saling memberikan selamat dan saling mendoakan : Selamat Hari Raya Idul Fitri 1442 H. Mohon Maaf Lahir dan Bathin. “Taqabbalallahu minna wa minkum,” Semoga Allah menerima amalan kami dan kalian. *Kepala SMAIT Al Uswah Tuban
0 Comments