-1
-1 points

Oleh: Fauzi Prayitno, M.A.*

Kemerdekaan dapat difahami dengan suatu keadaan diri dan hati yang terbebas dari rasa tertindas, tertekan, tertimpa, tertindih, terimpit dan semisalnya, suatu kondisi yang memengaruhi kejiwaan, fikiran dan badan dari suasana aman, nyaman dan tenteram.

Islam memandang kemerdekaan manusia ketika ia menjalani hidup sebagai makhluk yang merdeka sejak ia dilahirkan dan tetap merdeka ketika berhadapan dengan sesama manusianya. Karena manusia diciptakan hanya oleh Tuhan sehingga hanya layak disebut hamba ketika berhadapan dengan Tuhan saja.

Dalam kutipan Al-Jihad Sabiluna, selepas perang Qadishiyah, pasukan Islam yang bernama Rib’i Bin Amir ra, ditanya oleh Rustum (panglima pasukan Persia), untuk apa datang ke Persia, maka dijawab :

“Allah mengutus kami untuk memerdekakan manusia dari penghambaan manusia dengan manusia menuju penghambaan manusia kepada Rabb manusia, dari sempitnya kehidupan dunia kepada kelapangannya, dari ketidakadilan agama-agama yang ada kepada keadilan Islam.”

Islam memandang kemerdekaan mencakup lahiriah maupun batiniyah. Sehingga makna kemerdekaan yang sesungguhnya ialah ketika seseorang mampu berada dalam fitrahnya. Seorang muslim yang merdeka ialah ketika terbebasnya dirinya dari segala dinamika kehidupan yang tidak berlandaskan atas aturan yang sudah ditentukan oleh Islam. Ia terbebas dari semua belenggu yang berasal dari ajakan hawa nafsu maupun godaan setan, dan mengembalikan segala sesuatunya kepada aturan Allah.

Nabi SAW pernah bersabda, “Hatiku sudah bosan terhadap dunia sehingga batu dan emasnya sama saja bagiku.”  *Direktur Eksekutif Yayasan Al Uswah Tuban


Like it? Share with your friends!

-1
-1 points

0 Comments

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Share this
Chat
Hallo Sahabat Al Uswah
Admin ChatAl Uswah CentreWhatsApp
Dsu Al UswahWhatsApp