Oleh: Fauzi Prayitno, M.A.*
Pada masa seleseinya fase dahwah sirriyah, Nabi mendapat perintah dari Allah Swt untuk melakukan dakwah jahriyah atau secara terus terang. Dakwah jahriyah ini mengakibatkan banyaknya tekanan-tekanan yang diterima Rasul dan para sahabat. Penekanan dari kuffar Quraisy ini terus berlanjut, tetapi dakwah yang dilakukan oleh Rasul juga terus berjalan.
Fiqh dakwah yang dilakukan oleh Rasul pada fase dakwah jahriyah ini yaitu dengan mengadakan kerjasama dan perlindungan dari beberapa kabilah di sekitar Mekkah. Salah satunya ke Thaif yang berudara sejuk dan memiliki tanah subur untuk berbagai perkebunan.
Rasulullah Saw berangkat ke Thaif ini dengan berjalan kaki selama empat hari. Sesampainya di Thaif beliau menyiarkan dakwah ini kepada Bani Tsaqif yang tinggal di Thaif namun tidak mendapat tanggapan positif dari warga Thaif. Bahkan Rasul dilempari dengan berbagai bentuk batu sampai badan beliau bercucuran darah. Akhirnya beliau berlindung di suatu kebun anggur sehingga mendapatkan bantun dan anggur dari pemilik kebun..
Rasul mengambilnya dan mengucapkan bismillaahirrahmaanirrahiim! Ini sesuatu yang terdengar aneh oleh masyarakat Thaif, terutama yang memberikan anggur kepada Nabi. Nabi dalam satu kesempatan mencoba untuk menyampaikan dakwah dengan perbuatannya maupun dengan ucapannya. Rupanya ucapan basmallah tadi merupakan dakwah Rasul dimana didengar oleh si pemberi kemudian akhirnya si pemberi setangkai anggur ini beriman, masuk Islam. Inilah yang memberi petunjuk jalan kepada Rasul untuk pulang kembali ke Mekkah.
Dengan petunjuk wahyu, masih berada di sekitar Thaif waktu itu, dalam kondisi masih berdarah-darah, Nabi mengajukan, memberikan laporan kepada Allah Swt dalam bentuk doa.
“Ya Allah, hanya kepada Engkau aku mengajukan rintihan kalbu tentang lemahnya kemampuanku, lemahnya kekuatanku, dan keterbatasan kemampuanku.”
Waktu itulah malaikat Jibril datang memberitahu kepada Nabi, “Ya Rasulullah, kejadian yang kau alami ini dilihat, diketahui, dan dimaklumi oleh Allah Swt. Ini ada dua gunung besar, diberikan kebebasanmu wahai Muhammad untuk mengendalikan dua gunung besar ini. Kalau engkau mau, kami akan menghimpitkan kedua gunung ini ke masyarakat Thaif yang menolak dakwahmu, yang melontarimu dengan berbagai bentuk batu.”
Demikian tanggapan Rasul, Nabi mendoakan, “Ya Allah, berikanlah generasi penerus bagi masyarakat Thaif ini generasi yang beriman. Generasi dimana mereka tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu.”
Derita yang diterima oleh Rasul ini merupakan cobaan yang mengukuhkan sikap Rasulullah, keteguhan sikap Nabi di dalam melakukan dakwah. Yang akhirnya nanti beliau mempersiapkan diri untuk hijrah ke Madinah sekembali dari Thaif, Nabi aktif untuk mengunjungi kabilah-kabilah yang datang melaksanakan ibadah haji ke Mekkah. Tekanan-tekanan yang diderita oleh Rasul ini mengukuhkan tekad Nabi untuk menyampaikan dakwah secara luas. Demikianlah ujian dan cobaan menjalankan sunnatulloh. Dengannya akan lahir jiwa-jiwa pejuang. Pribadi-pribadi peraih keberhasilan menghadapi dan melewati tantangan untuk kebaikan dan kemajuan masa depan.
Tidak ditemukan dalam Al-Qur’an seorang pun yang dijuluki dengan Rahmat, kecuali Rasulullah Muhammad Saw, dan tidak juga satu pun makhluk yang disifati dengan sifat Allah ar-Rahim, kecuali Rasulullah Muhammad Saw.
Nabi Muhammad Saw diutus oleh Allah Swt sebagai bentuk rahmat dan rasa kasih sayang, karunia, dan nikmat yang diberikan kepada makhlukNya di seluruh alam semesta (rahmatan lil alamin). Rahmatan lil alamin menunjukkan bahwa kehadiran Rasulullah di tengah kehidupan masyarakat mewujudkan rasa kedamaian dan ketentraman bagi alam semesta dan manusia tanpa membedakan agama, suku, dan ras. Rasulullah menjadi rahmat bagi semesta, termasuk di dalamnya adalah hewan, tumbuhan, dan lingkungan. Hal ini sesuai denga apa yang terkandung dalam Al-Qur’an, Surat Al Anbiya ayat 107, yaitu :
Artinya: “Dan tiadalah kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” *Al Uswah Centre Tuban
0 Comments