Ulama terkemuka sepanjang zaman salah satunya Imam Al-Ghazali. Ulama yang bertebaran karya-karyanya untuk bisa dipelajari setiap generasi. Beliau salah satu ilmuwan terkenal yang mempelajari ilmu di bidang filsafat dan tasawuf. Salah satu karya tulis di bidang agama yakni Tafsir al-Yaqut al-Ta’wil. Melalui pemikirannya, Imam Al-Ghazali menjadi salah satu orang yang berpengaruh bagi perkembangan dunia.
Memulai dari niat baik dan berpegang teguh kepadanya
Imam Al-Ghazali mengatakan:
وَالْأَصْلُ الْمُهِمُّ فِيْ الْمُجَاهَدَةِ الْوَفَاءُ بِالْعَزْمِ
Poin penting dalam bermujahadah (sungguh-sungguh beribadah) adalah menepati azam (niat baik).
Azam adalah terbersitnya niat baik tanpa disertai dengan ghard (niat yang datang karena ada tujuan yang kembali ke diri sendiri). Jadi, azam adalah niat murni tanpa mengharapkan balasan.
Misalnya, kita berniat untuk shalat Tahajud semata-mata karena itu ibadah, atau niat bersedekah untuk membantu orang lain, tanpa berharap menjadi kaya karena sedekah itu.
Setelah terbersit niat baik di hati kita, langkah selanjutnya adalah menetapkan niat itu menjadi perbuatan. Dalam proses mewujudkan niat tersebut, Imam Al-Ghazali menjelaskan bahwa akan ada ujian bagi kita. Beliau berkata:
فَإِذَا عَزَمَ عَلَي تَرْكِ شَهْوَةٍ فَقَدْ تَيَسَّرَتْ أَسْبَابُ ذَلِكَ
Jika seseorang sudah menetapkan hati untuk meninggalkan syahwat, maka Allah akan memudahkannya untuk berbuat syahwat itu.
Jadi, semakin kita berniat baik, biasanya akan semakin berat alasan-alasan kita untuk meninggalkannya. Misalnya kita berniat bangun shalat Tahajud, akal kita akan mencari-cari alasan untuk meninggalkan niat itu, seperti hawa yang dingin, lebih enak selimutan.
Lalu, bagaimana caranya agar kita bisa memegang teguh niat baik dan mengerjakannya?
Terus melatih diri untuk bersabar
Setiap orang pernah merasakan tarik-ulur antara keinginan untuk berbuat baik dan meninggalkannya. Akal dan hati akan saling tarik-menarik untuk condong ke salah satunya. Cara untuk berpegang teguh pada niat baik kita adalah dengan terus berlatih sabar, tabah, dan konsisten dengan apa yang kita niatkan di awal.
Imam Al-Ghazali berkata:
فَيَنْبَغِيْ أَنْ يَصْبِرَ وَيَسْتَمِرَّ
Seseorang harus sabar terhadap ujian niat tadi dan melanjutkan niat baiknya.
Kita harus berlatih untuk mewujudkan niat baik kita, sekecil apa pun itu, dan tidak mengikuti alasan-alasan kita untuk meninggalkannya. Karena jika kita memanjakan diri dan mengikuti nafsu kita, hal itu akan berlangsung terus-menerus.
Setiap kita berniat untuk beribadah, maka kita akan selalu mencari-cari alasan untuk meninggalkannya, dan kita akan membenarkan alasan-alasan itu. Lalu, apa langkah selanjutnya jika kita sudah mulai terbiasa untuk mengerjakan niat baik kita?
Memberikan hukuman untuk diri sendiri ketika melanggar niat baik
Untuk membiasakan diri beribadah, menurut Imam Al-Ghazali, kita harus menentukan hukuman jika kita melanggar niat/janji kita sendiri. Beliau menuliskan:
وَإِذَا اتَّفَقَ مِنْهُ كَسْرُ عَزْمٍ فَيَنْبَغِيْ أَنْ يَلْزِمَ عُقُوْبَةً عَلَيْهِ
Jika melanggar niat baik itu, maka ia harus memberikan hukuman untuk dirinya.
Misalnya, kita memberi syarat kepada diri sendiri, jika meninggalkan shalat Tahajud, maka tidak boleh nonton youtube seharian. Nantinya, setiap kita berniat untuk bangun malam lalu merasa malas-malasan, kita akan teringat dengan hukuman yang kita tentukan itu.
Cara seperti ini biasa diberlakukan di pondok pesantren untuk mengajarkan para santri disiplin. Misalnya, wajib jamaah shalat Subuh tepat waktu, dan jika ketinggalan atau tidak ikut jamaah, maka akan dihukum berdiri selama setengah jam.
Dengan menghukum diri kita sendiri setiap melanggar niat baik yang ada di hati, lama-kelamaan kita akan bisa mengontrol nafsu kita, sehingga insyaAllah kita tidak akan diperbudak nafsu.
0 Comments