1
1 point

Adil menurut istilah  memberikan hak kepada orang lain tanpa mengurangi sedikit pun haknya dan meletakkan segala urusan sesuai dengan tempat yang seharusnya. Tidak  mendiskreditkan sesuatu dengan tidak sama.  Seimbang, sesuai kadar dan aturannya. Pantang menggangu hak milik orang lain. Menjaga hak-hak mereka dengan tanggungjawab.

Ketika ada seorang yang telah melampaui batas, perlunya kita mengingatkannya. Bukan lantas menjahuinya, memakinya, menghujatnya. Rangkul dia dengan kedua tangan kita. Niscaya itulah “keadilan” kepada diri sendiri.

Dalam buku “Wawasan Al-Qur’an”, M. Quraish Sihab membahas perintah penegakan keadilan dalam Al-Qur’an dengan mengutip tiga kata, yakni al-adl (sama), al-qisath (bagian), al-mizan (keadilan). Ketiganya meskipun berbeda bentuknya namun memiliki semangat yang sama yakni perintah kepada manusia untuk berlaku adil.

Al Ghazali mengatakan, adil adalah keseimbangan antara sesuatu yang lebih dan yang kurang. Kata adil berantonim dzalim (menempatkan sesuatu bukan di tempatnya). Islam merupakan agama yang memerintahkan pemeluknya untuk  berlaku adil. Sebagaimana yang difirmankan Allah dalam surat An Nisa’:135, Asy Syuro: 181, Al Maidah: 8, Al An’am: 152, Al Hadidi: 25. Islam sangat menekankan sikap adil dalam segala unsur kehidupan. Allah SWT memerintahkan kepada umat manusia supaya berlaku adil, baik kepada Allah, dirinya sendiri serta orang lain. Al-Qur’an memandang bahwa keadilan merupakan inti ajaran Islam yang mencakup semua aspek kehidupan. Dengan prinsip keadilan yang menyeluruh.

Sebagai mahluk sosial kita tak lepas dari berhubungan dengan sesama. Baik itu di lingkup kerja, sesama penghobi dan masyarakat. Kita pasti berusaha menempatkan diri sebaik mungkin di tengah-tengah masyarakat. Berupaya untuk tidak salah menempatkan sesuatu yang salah. Bersikap adil sejak dalam pikiran.

Adil kepada diri sendiri, berbuat adil merupakan suatu keniscayaan. Dimana dalam tata merawat diri dan cara bergaul kepada orang lain tanpa melecehkan martabatnya. Menjaga kewibawaan dirinya sendiri tanpa menggunakan waktunya untuk hal yang tak produktif.

Jika seorang telah mampu meraih keadilan pada dirinya sendiri, ia akan meraih keberhasilan dalam hidupnya. Bahagia dalam batiniyah, bahagia secara ruhaniyah. Setidaknya manusia yang adil dalam pribadinya bisa ditempuh dengan beberapa tahapan. Yang termaktup dalam konsep (adil dalam pikiran, waktu dan perbuatan) demi terwujudnya adil berfikir ikhlas berkarya.

Pertama, adil dalam berpikir, ini yang terpenting. Dimana perlunya adil dari pola berpikir. Merdeka dalam berpikir. Memunculkan ide dan gagasan. Memecahkan masalah, mampu menjadi garda terdepan bagi kaum marjinal. Berdemokrasi dalam setiap wacana yang dilontarkan. Demi perubahan positif. Kita kadang sudah terkekang sejak dari pikiran. Menganggap bahwa kehidupan ini susah dan berat. Tak punya power untuk bangkit. Padahal kesusahan itu ada pada pola pikir kita. Jika sejak awal sudah berprinsip bahwa hidup itu mudah. Pasti kemudahan yang didapat.

Mencoba untuk tidak terjajah oleh pemikiran sempit kita. Selalu berusaha dalam adil berpikir ikhlas berkarya. Menelurkan karya-karya yang mengispirasi. Menuangkan gagasan dan pandangan organisasi. Demi perubahan hakiki.

Tak jarang kita berlaku sebagaimana hakim bagi orang lain atau suatu hal, pikiran kita sudah berasumsi-asumsi yang belum tentu benar. Sehingga pada muaranya menyalahkan orang lain. Berilah fase pada pikiran kita berlaku “adil” terlebih dahulu. Memandang dari beberapa sudut pandang (sudut pandang pribadi bersifat umum menyeluruh), tak hanya parsial.  Padahal hakikatnya semua yang ada di dunia ini memiliki banyak sisi untuk dilihat. Mungkin kita harus menyadarkan diri kita bahwa semua hal yang diciptakan Tuhan ini tak sempit.

Kedua, berdaulat kepada waktu, kita sering mengecewakan waktu. Menggunakannya tak bertanggungjawab, melecehkannya, dan meng-PHP-in. padahal waktu adalah rezeki yang tak ternilai harganya. Kita lantas mengabaiakan suatu yang nyata Allah berikan. Padahal ia tak akan kembali lagi kepada kita.

Menggunakan waktu dengan produktif merupakan bentuk keadilan. Ketika masuk beribadah, ya kita beribadah. Tiba waktu istirahat, merehatkan sejenak tubuh buat istirahat. Sebab itu hak tubuh untuk istirahat. Pada saat masuk waktu makan, menyempatkan untuk mengisi tubuh dengan nutrisi. Memberikan hak kepada berjuta sel untuk selalu bersemangat bermetabolisme. Menyebarkan energy positif ke setiap organ dan jaringan tubuh kita. Mereka (sel) sangat punya hak untuk mendapatkan keadilan. Jangan sampai mereka berdemo menuntut keadilan pada kita yang menyebabkan tubuh terserang penyakit.

Ketika tiba saatnya bere-fresh-ing, kita pun harus menyempatkan. Merasakan nikmatAllah yang luar biasa dengan bertadabbur kepada Alam. Menghirup udara segar, memandang luar hampar ciptaan-Nya. Tubuh kita pun mempunyai hak untuk itu. Adil kepada diri sendiri.

Ketiga, adil dalam bersikap, segala bentuk tindakan yang kita lakukan sepatutnya berdasarkan nilai islam. Mulai hal terkecil hingga yang besar. Sebab, kita hidup untuk beribadah. Tak terkecuali dalam bersikap. Ketika berbicara, menjaga lisan tersebut jangan sampai ada yang tersinggung dengan ucapan kita. Menjunjung tinggi perasaan orang lain. Tidak memvonis salah dihadapannya. Meskipun telah nyata dia berbuat salah.

Jangan sampai mengatakan sesuatu yang membuat sakit hati kepada sesama atau terhadap kelompok lain yang bukan sepaham dan se-visi. Menghujat ke oknum yang tidak mendukung aksinya. Tak pandang salah atau benar, yang terpenting menyalahkan dan menyesatkan “kelompok atau pihak” lain. Seolah-olah mereka bertindak sebagai pengadil. Mereka tak sadar bahwa sesungguhnya mereka telah mendholimi dirinya sendiri, dengan berlaku tak adil. Bukankah islam agama yang menekankan sikap arif dan damai?

Penulis merasa miris dan sedih jika ada pelaku kejahatan yang tertangkap. Dia lantas dihakimi rame-rame. Dianiaya bahkan sampai di bakar hidup-hidup. Mengobrak-abrik tempat usaha orang lain. Merusak, membakar, bahkan mengusir pemilikinya. Beginikah ajaran islam yang mengajarkan kekerasan? Kita sepakat bahwa tindakan tidak terpuji patut kita lawan. Namun ada cara dan prosedur yang berlaku, bisa dengan persuasif maupun preventif. Bukan asal bertindak anarkis. Sebagian masyarakat kita (terkadang) masih ada yang demikian. Mengadili kesalahan orang lain dengan kesalahan. Tak adil kepada dirinya sendiri.


Like it? Share with your friends!

1
1 point

0 Comments

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Share this
Chat
Hallo Sahabat Al Uswah
Admin ChatAl Uswah CentreWhatsApp
Dsu Al UswahWhatsApp