2
2 points

Oleh: ‘Aisyah*

Muson barat berhembus penuh dendam, untuk sekian kalinya matahari dari timur tak pernah memberi kehangatan lagi, ia telah berkhianat. Sepuluh orang dengan wajah berlabur arang keluar dari gerombolan ricuh yang terjadi di depan gapura puri, dengan cepat sepuluh manusia asing itu mengepung para (bangsawan puri) dengan belati-belati mereka yang terhunus.

“Serahkan Soraya!” teriak pemimpim penyergap.

“Rebut jika kalian mampu!” tukas panglima bangsawan dengan tubuhnya yang terkulai lemah di atas tanah. Suaranya serak dan sangat parau, sudut bibirnya robek, cairan merah yang keluar dari sana tak mau berhenti.

“Tak ada gunanya melawan kami, wahai panglima HAHAHA!.” Sergah pemimpin penyergapan itu. Alis kirinya naik menyeringai licik kumisnya yang tebal membuat taringnya tidak terlihat.

“Kalian semua biadab! Hama seperti kalian harus segara dibasmi! Habisi mereka sebelum gelap. Serang…!”

Pertempuran berjalan tak seimbang dan berakhir cepat. Lima anggota prajurit yang berusaha melindungi para (bangsawan puri) dan seorang panglima yang ditugaskan untuk menjaga Soraya tewas. Sang pemimpin dari sepuluh manusia asing itu berderap meneliti menuju bilik-bilik puri, tak satupun bilik puri yang ia lewatkan dari matanya. Ia tercengang, ketika melihat sosok Soraya di dalam bilik ujung puri. Perempuan itu tersimpuh lemah di sudut bilik memeluk lututnya yang ditekuk dengan menggigil ketakutan.

“Siapa kalian?!” rintihnya.

“Kami pasukan yang diperintahkan untuk menjemput Gusti Putri Laksdya Isadora” jawab sang pemimpin penyergapan itu.

Soraya terperajat, karena nama aslinya disebut. Hatinya sesak, tenggorokanya seperti tercekat setan, air yang memenuhi selaput matanya kini jatuh di pipinya, kakinya marah ,hendak menendang dada lelaki asing berawajah arang hitam yang semakin mendekatinya.

“Jangan mendekatiku!, jangan sentuh aku! pergi kalian..! PERGI!”

“Tenang, Gusti. Hamba yang kemarin membuatkan ampo tanah melayu untuk Gusti”

Pemimpin penyergap itu menghapus bedak arang di wajahnya. Ketakukan di wajah Soraya langsung hilang, bahkan ia menyadari bahwa ia sedang dijemput oleh seorang pangeran lunggung yang dikirim langsung oleh dewa untuknya agar lepas dari penyekapannya selama 20 tahun yang selama ini membuat dirinya seperti hidup di dalam kandang merak yang dipaksa untuk terus menari dan memperlihatkan kecantikanya tanpa rasa belas kasihan. *Santri Kelas XI IPS SMAIT Al Uswah Tuban


Like it? Share with your friends!

2
2 points

0 Comments

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Share this
Chat
Hallo Sahabat Al Uswah
Admin ChatAl Uswah CentreWhatsApp
Dsu Al UswahWhatsApp