Oleh: Nurhasan, S.Pd.I.*
“Mental kaya lebih lebih penting dari kekayaan itu sendiri. Kalau mental kaya, dirinya tidak mau menjadi beban, malah bermanfaat bagi orang lain.” (Ippho Santoso)
Jangan pernah bermental kurang kaya alias miskin meskipun kondisi sedang terimpit dan penuh kekurangan, tetapi kita harus selalu bermental kaya. Mental kaya pikirannya selalu ingin memberi dan tak mau menjadi beban bagi orang lain. Bukannya hanya mau menerima. Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah, prinsipnya. Bagaimana ia selalu banyak memberi dibanding meminta.
Mental kaya selalu berusaha maksimal dalam melakukan pekerjaan sesulit apa pun serta bermanfaat bagi yang lain. Karena ia berpegang pada hadis Rasulullah, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” (HR. Ahmad)
Karena itu seorang muslim sejati harus punya mental kaya agar tak gampang didekte oleh orang lain. Sebab ia punya prinsip kuat untuk bisa mandiri tanpa menggantungkan orang lain. Bermental kaya tak hanya masalah materi tetapi juga kaya hati. Ia tak mudah putus asa dalam berusaha. Mental kaya tidak gampang iri dengan rezeki yang didapat oleh orang lain, sebab ia percaya bahwa setiap orang punya jatah rezeki masing-masing. Meskipun kerja di tempat yang sama dengan gaji yang sama pula. Pasti yang namanya rezeki berbeda-beda.
Mental kaya jika punya harta tak hanya untuk kepentingannya sendiri tetapi ia juga gampang berbagi dengan orang lain. Baik lewat sedekah, infak, dan zakat. Hatinya lapang dan suka memaafkan terhadap kesalahan. Meskipun hartanya melimpah ia tidak sombong dan tak gampang meremehkan orang.
Mental kaya punya perencanaan yang bagus dalam kehidupannya. Ia tak asal-asalan dalam bertindak, tetapi punya rambu-rambu dan batasan. Setelah bertindak dan berusaha dipasrahkan semuanya kepada Allah. Harta hanya dijadikan sarana ibadah menuju Allah, bukan sebagai tujuan. Allah berfirman, “Berangkatlah kamu baik dengan rasa ringan maupun dengan rasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan jiwamu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” QS. At-Taubah: 41).
Orang seperti ini akan dipermudah jalannya oleh Allah untuk memperoleh rezeki. Dan ini juga dilakukan oleh orang-orang saleh terdahulu, termasuk para Nabi dan Rasul. Sebagai contoh Rasulullah, hartanya digunakan untuk sarana perjuangan di jalan Allah. Hartanya tak digunakan untuk kepentingan pribadi, tetapi juga disedekahkan kepada orang-orang yang tak mampu.
Di Al-Qur’an sering kali diungkap urutan jihad paling utama adalah dengan harta dahulu habis itu baru dengan jiwa. Ini bermakna kekayaan sangat penting untuk berinfak di jalan Allah. Maka sebaik-baik harta adalah berada di tangan orang-orang saleh. Karena dengan harta tersebut ia belanjakan untuk hal-hal yang baik dan bermanfaat bagi sesama. Dengan kita menjadi kaya tak hanya bisa berhaji untuk diri sendiri tetapi bisa menghajikan orang lain. Dengan kaya harta kita tak hanya bisa berangkat umrah, tetapi bisa mengumrohkan orang.
Maka Rasulullah dalam kehidupannya bisa kita jadikan teladan di segala hal, baik segi ibadah maupun muamalah. Bagaimana semangat beliau beribadah sampai kakinya bengkak, sehingga ditanya oleh istrinya, “Ya Rasul engkau sudah dijamin masuk surga tetapi kenapa masih saja beribadah?” Kemudian Rasulullah menjawab, “Saya ingin menjadi hamba-hamba yang bersyukur.”
Dalam bermuamalah juga, Rasulullah sejak kecil sudah mandiri dengan menjadi penggembala kambing sehingga tak menjadi beban bagi yang lain. Lalu ikut berdagang Khadijah dengan menghasilkan untung yang sangat besar dan akhirnya menikah.
Karena itu Adham Syargawy pernah mengatakan, “Kaya itu bukan ketika engkau bisa membeli dunia dan seisinya, tetapi ketika dunia dan isinya tak dapat membelimu.”
Karena itu perbedaan mental miskin dan kaya adalah. Jika bermental miskin ia sering mengucapkan; saya nggak bisa, saya nggak punya waktu, hidup nggak adil, bukan salah saya, dan mereka bisa karena kaya atau beruntung. Kalau menurut Warren Buffet ciri orang bermental kaya adalah; pantang minta-minta, selalu berpikir bisa, optimis dan gemar belajar, belanja sesuai kebutuhan, dan suka menolong orang serta senang berbagi. *Pengurus KSPPS Uswah Mandiri Sejahtera
0 Comments