0

Oleh: Nurhasan*

 “Syukuri apa yang ada hidup adalah anugerah, tetap jalani hidup ini melakukan yang terbaik.” (D’MASIV)

 Mungkin dari kita sudah banyak yang tahu lirik lagu D’Masiv ini. Menurut saya maknanya sangat dalam karena terkait dengan syukur nikmat. Maka kita jangan gampang mengeluh karena himpitan keadaan, tapi manfaatkan himpitan tersebut untuk kebaikan agar kita dapat kebermanfaatan. Mengeluh tak menyelesaikan masalah, tapi yang ada malah menambah masalah baru. Syukuri rezeki di hari ini agar barakah. Jika rezeki barakah maka bisa bermanfaat untuk sesama. Ciri rezeki yang barakah adalah tak gampang habis meskipun kebutuhan kita banyak. Diberi berapapun kita harus merasa cukup. Kita syukuri saja dan jangan gampang mengeluh. Apalagi sampai tak rida dengan rezeki yang sudah diberikan-Nya.

Rasulullah Saw., bersabda,“Sesungguhnya seseorang terjauh dari rezeki disebabkan oleh perbuatan dosanya.”  (HR. Ahmad)

Di sisi lain hidup bukan melulu masalah banyaknya rezeki, tapi yang lebih penting adalah bagaimana kita bisa memanfaatkan anugerah dari yang Maha Kuasa untuk ibadah. Maka salah satu resep sederhana agar hidup kita tenang dan bahagia adalah jangan besar pasak daripada tiang. Pengeluaran untuk kebutuhan sehari-hari harus diukur dengan pendapatannya. Karenanya kebutuhan jangan sampai dikalahkan dengan keinginan.

Di sinilah pentingnya hidup sederhana meskipun harta melimpah. Tapi jangan dimaknai hidup sederhana harus meminta-minta. Namun yang penting mental kita harus kaya. Seperti sahabat Abdurrahman bin Auf saat hijrah ke Madinah ditawari oleh Sa’ad bin Ar-Rabi harta, tapi beliau tidak mau dan hanya membalas dengan senyuman serta berkata: “Wahai saudaraku, semoga Allah memberikan keberkahan dalam hartamu, keluargamu, dan rumahmu. Sebaiknya tunjukkan saja kepadaku jalan menuju pasar.”

Inilah contoh dari seorang yang punya mental kaya. Sahabat Abdurrahman tidak memanfaatkan zona nyaman dengan cara minta belas kasihan dari manusia, tapi beliau berusaha dan berhasil jadi orang sukses. Meskipun kaya beliau tak lantas menjadi sombong dan kikir. Dalam sebuah riwayat yang tertulis dalam buku 16 Dosa Meninggalkan Salat Wajib, di situ diceritakan bahwa ia pernah menyumbangkan 40 dinar (sekitar Rp 19 juta), 500 ekor kuda untuk perang di jalan Allah, 1.500 tunggangan rahilah (unta pembawa beban berat), menyumbangkan 500 ekor unta untuk berperang dan memerdekakan 30 orang budak di hari yang sama, dan masih banyak lagi.

Maka kita harus berusaha dengan sekuat tenaga untuk mencari penghasilan demi mencukupi kebutuhan keluarga. Dan ini adalah ibadah jika kita ikhlas. Sebab ibadah maknanya sangat luas. Tak hanya shalat dan zikir saja. Oleh sebab itu niatkan bekerja untuk ibadah, maka akan terasa mudah karena akan dibimbing yang Maha Kuasa. Selalu ingatlah Allah di manapun berada, sehingga diberi jalan keluar yang tak kita sangka-sangka darimana datangnya.

Jika kita berbuat baik kepada orang lain maka kebaikan tersebut akan kembali pada diri kita. Termasuk kebaikan di sini bisa berupa badan sehat, punya teman dekat yang baik hati, dan rezeki lancar. Maka manfaatkan kesempatan yang ada untuk kebaikan bagi sesama. Jangan egois mementingkan diri sendiri. Oleh karenanya kondisi sekarang ekonomi kerakyatan harus digalakkan dengan cara berdagang secara jujur. Jangan hanya berorientasi untuk ambil untung tanpa memerhatikan aspek kemanusiaan dan kepedulian. Niatkan berdagang hanya untuk mencari rida Allah agar hidup menjadi berkah dan bahagia. *Pengurus KSPPS Uswah Sejahtera Tuban

 


Like it? Share with your friends!

0

0 Comments

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Share this
Chat
Hallo Sahabat Al Uswah
Admin ChatAl Uswah CentreWhatsApp
Dsu Al UswahWhatsApp