0

Oleh: Masruhin, M.A.*

Untuk mengawali tulisan ini, saya akan membukanya dengan sebuah pertanyaan, mengapa Belanda dapat menguasai atau menjajah nusantara hinga ratusan tahun?

Menjawab pertanyaan di atas, kita dapat membaca buku Api Sejarah yang ditulis oleh Ahmad Mansur Suryanegara bahwa salah satu strategi penjajah saat itu adalah membiarkan rakyat pribumi dalam keadaan bodoh. Dengan kata lain penjajah Belanda tidak menghendaki adanya anak pribumi maju. Dengan begitu belanda dapat berkuasa lebih lama. Dengan dalih apapun saat itu. Termasuk alasan berdagang dan bukan mengatasnamakan Negara Belanda. Begitulah faktanya, bahwa orang-orang belanda telah berkuasa di bumi nusantara, mengeruk kekayaan alam dan melakukan pembodohan.

Pertanyaanya kemudian, apakah saat ini masih ada orang-orang asing yang masih mengeruk kekayaan alam dengan alasan perdagangan atau alasan apapun? Apakah saat ini kita masih ‘susah’ untuk bertumbuh? Apakah saat ini kita masih sering bertikai antar saudara dengan berbagai alasan? Jika jawabannya , Ya. Jangan-jangan saat ini kita kembali menjadi orang-orang yang terjajah.

Jika hari ini kita masih merasa menjadi orang yang terjajah maka seharusnya kita kembali gelorakan semangat untuk merdeka. Merdeka dari segala bentuk penjajahan. Kekayaan alam Indonesia harus dikembalikan untuk kesejahteraaan seluruh rakyat Indonesia bukan untuk orang asing atau segelintir rakyat atau sekelompok pejabat. Kita kembalikan semangat belajar agar bangsa Indonesia tidak mudah dibodohi. Semangat nasionalisme dan persatuan kembali kita junjung bersama agar rakyat Indonesia menjadi bangsa yang memiliki jati diri dan memiliki martabat di mata bangsa-bangsa lain.

Nah, dalam rangka mengembalikan makna kemerdekaan ini, mari kita isi kemerdekaan dengan semangat untuk belajar. Memerangi segala bentuk kebodohan. Termasuk bersikap ‘masa bodoh’ terhadap kondisi negeri. Kita harus menjadi bangsa yang peduli terhadap nasib bangsa sendiri. Tetap optimis bahwa bangsa Indonesia mampu mandiri, memiliki jati diri, dan dihargai serta disegani oleh bangsa lain.

Sekali lagi kuncinya adalah menjadi pembelajar yang tangguh dan cinta tanah air. Pembelajar yang tangguh akan terus belajar meskipun dalam kondisi serba terbatas. Terus belajar dengan sungguh meskipun pembelajaran jarak jauh karena pandemi. Tetap semangat belajar meskipun ada perasaan dihantui virus corona. Sehingga kita menjadi bangsa yang pintar dan tidak mudah dibohongi.

Tidak hanya menjadi pembelajar yang tangguh, kita juga harus memiliki semangat cinta tanah air. Cinta terhadap bangsa dan negara Indonesia. Karena dengan memiliki semangat cinta tanah air, kepintaran dan keahlianya akan digunakan untuk mengabdikan dan memajukan bangsa sendiri. Bukan hanya untuk kepentingan diri sendiri tetapi untuk saudara sebangsa dan setanah air.

Menjadi Pembelajar Tangguh Pada Masa Pandemi

Keterbatasan karena pandemi bukan penghalang untuk terus belajar. Ada beberapa hal agar kita tetap menjadi pembelajar yang tangguh pada masa pandemic.

1. Menyadari bahwa belajar adalah penting

Perintah menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Dari sejak lahir hingga menjelang tutup usia. Bukan hanya kewajiban anak-anak tetapi juga orang dewasa. Tidak juga dibatasi oleh usia. Belajar sepanjang zaman tidak dibatasi waktu. Tidak dibatasi oleh kondisi atau pun keadaan. Dan Allah SWT sudah menjanjikan kemudahan, derajat yang tinggi, dan jalan menuju surga bagi para penuntut ilmu. So, jangan pernah berhenti belajar.

2. Menemukan potensi diri

Pembelajar yang tangguh tidak akan berhenti sebelum ia menemukan potensi diri. Potensi yang diberikan oleh Allah SWT pada setiap manusia. Terutama potensi keberagamaan dan potensi-potensi lainnya. Dalam pengertian lain, setiap manusia sudah dibekali kecerdasan. Terutama kecerdasan spiritual. Selain itu manusia juga diberikan kecerdasan lain yang akan menjadikan ia sukses dengan kecerdasan-kecerdasan tersebut.

3. Mengasah kecerdasan emosional

Dalam kondisi pandemi, pembelajar dituntut melewati proses dan ujian yang tidak biasa. Belajar dengan metode dan cara yang baru, serta sarana yang berbeda. Bahkan ilmu, materi pelajaran, dan juga kompetensi yang akan dicapai mengalami perubahan. Mau tidak mau, pembelajar yang tangguh harus dapat menyesuaikan dan memoderasi pembelajaran. Jika pandemi merupakan keterbatasan, maka pembelajar yang tangguh adalah orang yang terus belajar dan mampu keluar melewati  keterbatasan tersebut. Itulah pembelajar yang tangguh. Yang selalu mengasah dan memaksimalkan kecerdasan emosionalnya.

4. Pembelajar produktif

Pembelajar yang tangguh adalah orang yang mampu belajar apa saja dan dari mana saja. Belajar apa saja yang penting dan perlu dikuasai. Belajar dari sumber belajar apa saja yang dipercaya. Dari orang-orang di sekitar kita, dari para mentor online, dari pengalaman diri sendiri. Learning by doing. Termasuk belajar hal-hal baru yang akan menambah keterampilan hidup. Pada akhirnya pembelajar tangguh adalah pembelajar yang produktif meskipun dalam kondisi serba terbatas.

Kesimpulan dari uraian di atas adalah bahwa kita harus terus belajar apa pun kondisinya. Kita harus menjadi pembelajar yang tangguh dan memiliki kompetensi yang diperhitungkan. Yang dapat memberikan kontribusi dan menumbuhkan harga diri negeri. Karena bangsa yang merdeka adalah bangsa yang tangguh dan memiliki harga diri. Tidak bergantung dan menghamba kepada bangsa lain. Wallahu a’lam.


Like it? Share with your friends!

0

0 Comments

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Share this
Chat
Hallo Sahabat Al Uswah
Admin ChatAl Uswah CentreWhatsApp
Dsu Al UswahWhatsApp