0

Oleh: Juwita Kridha Wicaksini, S.S.*

Ayah dan bunda sekalian, sudahkah ayah dan bunda menyadari bahwa anak-anak kita, ya. Anak-anak yang terlahir dari rahim kita ini, disebut sebagai generasi Alfa (Gen-A). Istilah Gen-A adalah generasi yang terlahir antara tahun 2010 sampai 2025. Jika anak-anak kita saat ini di usia PAUD (0-6 tahun), bisa jadi kita menyebutnya sebagai Gen-A akhir.

Akan segera tergantikan oleh generasi berikutnya, entah apa sebutannya. Mengapa disebut generasi Alfa, ayah dan bunda bisa mencari tahu informasinya sendiri ya. Mudahnya dengan googling saja. Yang akan saya ulas di sini adalah kewaspadaan dan tantangan orang tua terhadap pola asuh generasi Alfa.

Kehadiran ponsel pintar, berbagai aplikasinya, serta kemudahan mengakses internet membawa banyak perubahan bagi kehidupan masyarakat. Ancaman, tantangan dan peluang hadir secara bersamaan. Anak-anak generasi Alfa berbeda dengan generasi sebelumnya (Generasi Z). Adapun ciri-ciri generasi Alfa, antara lain: akrab dengan teknologi yang akhirnya menjadikan generasi ini menganggap jarak semakin tidak berarti, ruang dan waktu seolah tanpa batas.

Makanya gen-A merupakan generasi yang adaptif terhadap perkembangan teknologi. Mereka sangat enjoy ketika memanfaatkan teknologi komunikasi dan menjadi sangat tidak masalah bagi mereka harus melakukan komunikasi jarak jauh sebagai bentuk menjalin hubungan kekeluargaan dan kerjasama dengan orang lain.

Oleh karena itu, ciri gen-A berikutnya adalah: bagi mereka pergaulan tidak lagi ditentukan oleh faktor lokasi dan terbiasa mengakses informasi melalui internet. Mereka menganggap sudah menjadi anak gaul jika sudah melek internet dan memiliki akun media sosial untuk memperluas pergaulannya. Anak-anak generasi Alfa sudah piawai menggunakan tombol touchscreen untuk mengakses program android yang tersedia secara bebas (dengan mengunduhnya).

Bisa dikatakan generasi Alfa adalah generasi yang paling terdidik dibandingkan generasi sebelumnya. Bahkan disebutkan dalam sebuah buku parenting bahwa generasi Alfa menghabiskan sekitar 18 juta dollar per tahun untuk konsumsi makanan, fashion dan tetek bengek teknologi terkini.

Selain menjadi sebuah hal yang positif, keberadaan generasi Alfa menuai ancaman dan tantangan tersendiri. Anak-anak gen-A adalah anak-anak yang diasuh oleh ponsel pintar, karena bila smartphone itu sudah ditangan mereka, mereka menjadi anak yang tidak merepotkan bagi orang tuanya. Orang tuanya bisa mengerjakan hal-hal lainnya. Subhanallah.

Mengenalkan gadget pada anak-anak di usia dini justru memberi banyak kerugian.di bawah usia dua tahun, seorang anak harus lebih sering diajak komunikasi dan berinteraksi secara langsung dengan orang tua atau anggota keluarga yang lain. Gawai juga memberi dampak negatif lainnya seperti bahaya radiasi, kecanduan, keterlambatan bicara, gangguan tidur dan penyakit mental akibat tayangan yang tidak mendidik/sifatnya tidak layak dilihat.

Untuk itu para pemerhati anak, peneliti dan pakar pendidikan menawarkan pola asuh yang sesuai dengan generasi Alfa tersebut dengan pendidikan berdasarkan neurosains (sistem kerja saraf). Neurosains disebut juga ilmu yang menghubungkan antara otak dan pikiran atau jiwa dan badan dan akal juga hati. Kesemuanya harus dihubungkan dalam proses belajar pada anak-anak.

Pendidikan jasmani, ruhani dan akal akan berdampak pada pengembangan IQ, EQ dan SQ anak yang secara otomatis akan menyeimbangkan ranah kognisi, afeksi dan psikomotoriknya. Sehingga terbentuk pulalah pendidikan karakter yang utuh.

Ayah Bunda harus memulai belajar terlebih dahulu, menjadi orang tua yang cakap dengan pola asuh generasi Alfa, dalam arti peka dan tanggap pada kebutuhan gen-A akan  teknologi. Bagaimana teknologi justru menjadi sarana yang menolong, bukan sebaliknya4, menjadi sumber masalah dalam pendidikan anak. Kecakapan orang tua menguasai teknologi juga mutlak diperlukan, agar bisa sebelas dua belas dengan cepatnya anak menyerap ilmu dari perangkat elektronik yang perkembangannya kian melesat saja.

Ilmu agama mustahil untuk diabaikan, justru harus diberikan sebelum pendidikan lainnya. Adab harus diajarkan, dicontohkan dan ditanamkan pada keseharian anak. Ilmu tauhid, bagaimana anak mengenal Allah dan agama Islam seutuhnya. Bekal iman adalah utama.

Orang tua harus meningkatkan kualitas kesholihan pribadinya agar mampu mendidik anaknya dengan baik. Meminta pertolongan pada Allah agar diberi kemudahan dalam amanah ini dan selamatlah generasi ini menjadi generasi Rabbani yang kelak akan menjadi pengelola bumi sampai akhir zaman. Aamiin. *Kepala Bidang Amal dan Usaha Al Uswah Tuban


Like it? Share with your friends!

0

0 Comments

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Share this
Chat
Hallo Sahabat Al Uswah
Admin ChatAl Uswah CentreWhatsApp
Dsu Al UswahWhatsApp