Salam sehat bagi Sahabat Al Uswah yang berbahagia semuanya. Semoga senantiasa Allah limpahkan kesehatan untuk kita semua.
Pandemi masih melanda negeri. Di Jawa – Bali mesih diterapkan PPKM level 3-4. Tetap menjaga kesehatan dengan menerapkan protokol kesehatan dari otoritas Indonesia.
Bagi Sahabat yang lagi sakit semoga Allah angkat penyakit kita semua. Bagi teman-teman yang tengah isolasi mandiri (isoman) tetap semangat untuk negatif. Sebagai mahluk sosial tetap membutuhkan orang lain untuk saling membantu. Ini saatnya bagi kita untuk saling membantu satu sama lain. Rasulullah Saw memberikan teladan bagi kita untuk berbuat baik sesama manusia.
Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat berdiri sendiri. Kita selalu membutuhkan bantuan dan jasa orang lain. Untuk itu, dibutuhkan kepekaan yang tinggi dalam bersosialisasi. Contoh terbaik dalam hal ini adalah Rasulullah.
Dilansir dari Kesan,id, suatu hari, dikisahkan Abu Hurairah ra. merasa sangat lapar karena sudah lama tidak makan. Biasanya, ia akan meringkuk ke kanan menghimpit ulu hatinya sampai mendapatkan makanan. Di lain kesempatan, ia berusaha mengurangi rasa laparnya dengan melilitkan batu ke perut.
Namun, suatu hari Abu Hurairah tidak dapat menahan laparnya lagi. Ia akhirnya duduk di jalanan yang biasa dilewati para sahabat, berharap seseorang akan mengajaknya bicara, lalu mengajaknya ke rumah dan memberinya sedikit makanan.
Tak lama kemudian, Abu Bakar ra. lewat di depannya. Abu Hurairah bangkit dan menanyakan tentang salah satu ayat Al-Qur’an. Ia berharap Abu Bakar akan mengajaknya makan. Sayang, Abu Bakar tidak menyadari “kode” Abu Hurairah dan pergi begitu saja.
Beberapa saat kemudian, Umar bin Khattab ra. melewati jalan yang sama. Abu Hurairah kembali mengajaknya berbicara tentang salah satu ayat Al-Qur’an. Namun, kali ini pun Abu Hurairah tidak mendapat respons yang ia harapkan. Abu Hurairah semakin lapar, lalu ia melihat Rasulullah.
“Abu Hurairah!” sapa Rasulullah begitu melihat sahabatnya itu.
“Labbaik Ya Rasulullah!” jawab Abu Hurairah senang.
Tanpa banyak basa-basi, Rasulullah langsung berseru kepada sahabatnya itu, “Ikutlah denganku!”
Abu Hurairah mengikuti Rasulullah ke rumah beliau. Setelah mendapat izin, Abu Hurairah masuk ke dalam. Di sana ia melihat sebuah wadah berisi susu. Ia merasa susu itu cukup untuk membuat dua orang kenyang. Abu Hurairah langsung bertanya, “Dari mana engkau mendapatkan susu ini wahai Rasulullah?”
“Seseorang menghadiahkannya untuk kita,” jawab Rasulullah.
“Abu Hurairah, pergilah ke Ahlus Shuffah dan undanglah mereka kemari,” kata Rasulullah. Ahlus Shuffah adalah para sahabat kurang mampu yang tinggal di serambi Masjid Nabawi. Jumlah mereka kurang lebih 70 orang, dan mereka tidak memiliki harta maupun keluarga untuk bersandar.

Biasanya, ketika Rasulullah menerima sedekah dari seseorang, beliau akan langsung memberikannya kepada Ahlus Shuffah tanpa mengambilnya sedikit pun. Dan apabila menerima hadiah, beliau akan mengundang mereka untuk menikmatinya bersama.
Karena dilanda rasa lapar, Abu Hurairah merasa agak kesal. Ia berpikir jumlah susu itu tidak seberapa jika dibandingkan dengan jumlah undangan. Lebih-lebih, sebagai utusan tentu Abu Hurairah akan menjadi orang terakhir yang minum dari wadah itu.
Harapan Abu Hurairah untuk minum susu seakan pupus karena jumlah Ahlus Shuffah yang banyak, dan susu yang sedikit. Namun, Abu Hurairah tetap menaati perintah Rasulullah. Ia pergi ke tempat Ahlus Shuffah dan kembali bersama mereka ke rumah Rasulullah.
Setelah mereka duduk, Rasulullah kembali memanggil Abu Hurairah, “Ambillah wadah susu itu wahai Abu Hurairah, dan biarkan mereka meminumnya.”
Abu Hurairah mulai menggilirkan wadah itu kepada setiap orang sampai semuanya minum, kecuali Rasulullah dan Abu Hurairah.
Ketika sampai giliran Rasulullah minum, beliau menengadah sambil menyodorkan wadah susu kepada Abu Hurairah. Rasulullah lalu berkata sambil tersenyum. “Abu Hurairah, minumlah!”
Abu Hurairah menerima wadah itu lalu minum. Setelah meletakkan wadah, Rasulullah berkata, “Minumlah lagi!”
Rasulullah terus meminta Abu Hurairah minum dari wadah tersebut hingga ia berkata, “Demi Allah yang mengutusmu, aku sudah tak punya ruang lagi di perutku untuk susu ini.”
Abu Hurairah mengembalikan wadah itu kepada Rasulullah. Beliau kemudian bersyukur kepada Allah, membaca basmalah, dan minum dari wadah yang sama. Kejadian ini adalah salah satu mukjizat Rasulullah dimana air susu itu tak habis sampai semua sahabat minum dengan puas.
Sahabat Al Uswah yang berbahagia, ada beberapa hikmah yang dapat kita petik dari kisah ini. Apa saja? sebagai berikut:
Pertama, kepekaan Rasulullah yang begitu tinggi. Ketika Abu Bakar dan Umar tidak menyadari kondisi Abu Hurairah bahkan setelah ia memberikan “kode”, Rasulullah menyadari sahabatnya yang lapar hanya dengan melihatnya sekilas.
Kedua, Rasulullah tidak bersikap gengsi apalagi sombong walaupun beliau adalah seorang Nabi. Rasulullah ﷺ makan dan minum di wadah yang sama dengan Ahlus Shuffah, yaitu para sahabat yang kondisi ekonominya amat lemah. Para sahabat pun merasa nyaman dan terhormat bisa makan bersama Rasulullah.
Ketiga, Rasulullah mendahulukan orang lain sebelum diri beliau sendiri. Rasulullah mendahulukan para sahabat untuk makan dan minum duluan. Setelah semua kenyang dan puas, barulah beliau menikmati makanan dan minuman yang ada. Sungguh contoh kepemimpinan dan keteladanan yang luar biasa.
Ada suatu istilah dalam manajemen kepemimpinan, “Leaders eat last”, atau kurang lebih berarti, “para pemimpin makan belakangan.” Maksudnya, para pemimpin yang hebat akan mendahulukan kenyamanan, keselamatan, dan kepentingan orang-orang yang dipimpinnya, ketimbang kepentingan dirinya sendiri.
Sahabat Al Uswah yang berbahagia, di masa pandemi ini ada banyak saudara-saudara kita yang kelaparan dan kekurangan makanan. Mari kita sama-sama membantu mereka. Karena itu adalah ladang untuk meraih cinta Allah. Rasulullah bersabda:
وأَحَبُّ الأعمالِ إلى اللهِ عزَّ وجلَّ سرورٌ تُدخِلُه على مسلمٍ تَكشِفُ عنه كُربةً أو تقضِي عنه دَيْنًا أو تَطرُدُ عنه جوعًا
Amalan yang paling Allah cintai adalah membuat muslim lain bahagia, atau membantu kesulitannya, atau melunasi hutangnya, atau membebaskannya dari kelaparan (HR. Thabrani dalam Mu’jam Al-Kabir no. 1612).
Di Al Uswah Tuban mempunyai lembaga sosial terpercaya, Dompet Sosial Al Uswah (DSU) yang hadir untuk membantu masyarakat di Tuban dan sekitarnya untuk bantuan materi dan non materi. Menerima dan menyalurkan zakat, infak, sedekah dari donatur untuk diberikan ke penerima manfaat. Kami hadir untuk terus menebar manfaat dan senyum bagi seluruh umat.
- Like
- Digg
- Del
- Tumblr
- VKontakte
- Flattr
- Buffer
- Love This
- Odnoklassniki
- ManageWP.org
- Meneame
- Blogger
- Amazon
- Yahoo Mail
- Gmail
- AOL
- Newsvine
- HackerNews
- Evernote
- MySpace
- Mail.ru
- Viadeo
- Line
- Comments
- Yummly
- SMS
- Viber
- Telegram
- Subscribe
- Skype
- Facebook Messenger
- Kakao
- LiveJournal
- Yammer
- Edgar
- Fintel
- Mix
- Instapaper
- Copy Link
0 Comments