0

Nasihat hidup acapkali orang tua berikan kepada anak untuk menyongsong kehidupan. Nasihat membuat hidup kita lebih semangat. Lebih untuk bekal sang anak dalam berkehidupan. Bahwa ada banyak impian yang masih belum tercapai dan tidak ada kata berhenti untuk berjuang.

Terkadang mereka tidak ingin mengharapkan apa pun untuk kamu membalasnya, selain menuruti apa yang dikatakan. Termasuk nasihat yang orang tua berikan sejak kita kecil. Akan terus diingat oleh anak dan bisa menjadi sebuah prinsip hidup.

Di dalam Al-Qur’an, ada nasihat orang tua kepda anakknya yang sangat bagus. Allah secara khusus menyebut nama Luqman dalam Al-Qur’an, seorang saleh yang hidup di zaman Nabi Daud as. Luqman digelari Al-Hakim karena Allah menganugerahinya hikmah, yaitu kemampuan untuk mendapatkan ilmu, memahami, dan mengamalkannya.

Kami telah merangkum 5 nasihat Luqman yang diabadikan dalam Al-Qur’an. Di Al-Qur’an menggambarkan Luqman Al-Hakim sebagai seorang ayah yang bijak. Dilansir dari Kesan.id, nasihat kepada anaknya diabadikan dalam QS. Luqman [31]: 13-19.

Berikut ulasannya:

Jangan pernah menyekutukan Allah

Nasihat hidup pertama dan paling utama yang disampaikan Luqman kepada anaknya yakni tidak mempersekutukan Allah.

Allah berfirman:

وَاِذْ قَالَ لُقْمٰنُ لِابْنِهٖ وَهُوَ يَعِظُهٗ يٰبُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللّٰهِ ۗاِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيْمٌ

Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, ”Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar (QS. Luqman [31]: 13).

Menurut ulama mazhab Syafii, Imam Baidhawi, latar belakang Luqman menyampaikan nasihat itu kepada anaknya adalah karena sebelumnya anak Luqman adalah seorang kafir. Karena itulah beliau menyeru anaknya untuk beriman kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya.

Setiap perbuatan ada pula balasannya 

Allah berfirman:

يٰبُنَيَّ اِنَّهَآ اِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِّنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِيْ صَخْرَةٍ اَوْ فِى السَّمٰوٰتِ اَوْ فِى الْاَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللّٰهُ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَطِيْفٌ خَبِيْرٌ

(Lukman berkata), “Wahai anakku! Sungguh, jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi yang berada dalam batu, langit, atau bumi, niscaya Allah akan memberinya (balasan). Sesungguhnya Allah Mahahalus, Mahateliti (QS. Luqman [31]: 16).

Ulama mazhab Hambali, Ibnu ‘Adil Al-Hanbali, menjelaskan bahwa frasa, “Suatu perbuatan seberat biji sawi”, menggarisbawahi kecilnya nilai perbuatan itu. Kata “berada dalam batu” menjelaskan tersembunyinya perbuatan itu dari makhluk lain. Kata “langit” bermakna keadaan perbuatan yang sangat jauh dari penglihatan, dan kata “bumi” menjelaskan kegelapan yang melingkupi perbuatan itu.

Dengan kata lain, Allah itu Maha Mengetahui atas segala sesuatu. Dan Allah akan membalas perbuataan hamba-Nya, sebesar maupun sekecil, seburuk maupun sebaik apa pun perbuatan itu.

Allah berfirman:

فَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَّرَهٗ، وَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَّرَهٗ

Maka siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya (Al-Zalzalah [99]: 7-8). 

Perintah menunaikan shalat

Setelah menanamkan iman ke dalam hati anaknya, Luqman menasihati anaknya untuk mendirikan shalat.

Allah berfirman:

يٰبُنَيَّ اَقِمِ الصَّلٰوةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوْفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلٰى مَآ اَصَابَكَۗ اِنَّ ذٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْاُمُوْرِ

Wahai anakku! Dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting (QS. Luqman [31]: 17).

Ahli tafsir, Imam Ibnu Katsir, menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan mendirikan shalat adalah menyempurnakannya baik dari segi rukun, syarat, tata cara dan ketepatan waktu mengerjakannya. Karena shalat yang sempurna akan mencegah pelakunya dari perbuatan keji dan mungkar.

Allah berfirman:

وَاَقِمِ الصَّلٰوةَۗ اِنَّ الصَّلٰوةَ تَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ

Dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar (Al-Ankabut [29]: 45).

Menjaga dan menyempurnakan shalat dapat membuat seorang hamba malu untuk berbuat keji dan mungkar. Karena orang yang bersungguh-sungguh dalam shalat tidak mungkin bermain-main dengan hukum Allah yang lain.

Ibnu Umar ra. menafsirkan ayat di atas bahwa siapa yang shalatnya tidak membuat dia berbuat kebaikan, atau tidak mencegahnya dari kemungkaran, dia hanya akan bertambah jauh dari Allah.

Jangan bersikap sombong

Luqman menasihati anaknya agar tidak sombong:

وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِى الْاَرْضِ مَرَحًاۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرٍۚ

Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri (QS. Luqman [31]: 18).

Ahli tafsir, Imam Ibnu ‘Asyur, menjelaskan bahwa Allah tidak meridhai orang yang sombong, bahkan Allah akan melemparkannya ke neraka.

Seluruh kebesaran dan kekuasaan hanyalah milik Allah. Karena itu, hanya Allah yang berhak membanggakan diri atas kepemilikan-Nya. Sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ:

قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ الْكِبْرِيَاءُ رِدَائِي وَالْعَظَمَةُ إِزَارِي فَمَنْ نَازَعَنِي وَاحِدًا مِنْهُمَا قَذَفْتُهُ فِي النَّارِ

Allah berfirman, “Kebesaran adalah pakaian-Ku, dan keagungan adalah selendang-Ku. Siapa yang merebutnya dari-Ku maka akan Aku lemparkan ia ke neraka.” (HR. Abu Dawud no. 4090).

Pola hidup sederhana

Kebalikan dari sombong adalah tawadhu (rendah hati). Sikap tawadhu terwujud dalam pola hidup yang sederhana.

Allah berfirman:

وَاقْصِدْ فِيْ مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَۗ اِنَّ اَنْكَرَ الْاَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيْرِ

Dan sederhanakanlah dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai (QS. Luqman [31]: 19).

Luqman menyuruh anaknya untuk bersikap sederhana dalam berjalan dan bersuara. Dalam tafsir resmi Kementrian Agama dijelaskan, berjalan dengan sederhana yang dimaksud adalah berjalan dengan wajar, tidak dibuat-buat, dan tidak terkesan angkuh.

Sedangkan merendahkan suara ketika berbicara bertujuan agar orang yang mendengarkan merasa nyaman dan tentram mendengar pembicaraan. Suara yang terlalu keras atau kasar akan menyakiti telinga, dan membuat orang yang mendengarkan merasa sakit hati dan tidak dihargai.

Namun demikian, berbicara dengan tegas dan berjalan dengan langkah yang tegap adalah perbuatan yang mubah (dibolehkan), karena tidak berkaitan dengan sikap angkuh dan sombong.

Sekian dari edisi kali ini tentang nasihat Luqman Al-Hakim kepada buah hatinya. Nasihat yang bijak untuk bekal sang anak. Patut kita contoh untuk anak-anak kita, ya.. Agar tercipta generasi-generasi yang berpendirian kuat dan berakhlak mulia.
(Admin)


Like it? Share with your friends!

0

0 Comments

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Share this
Chat
Hallo Sahabat Al Uswah
Admin ChatAl Uswah CentreWhatsApp
Dsu Al UswahWhatsApp