Oleh: Fauzi Prayitno, M.A.*
Rasulullah sedemikian serius menyiapkan diri menjelang datangnya Ramadan. Persiapan Rasulullah adalah persiapan yang terpadu antara jasmani dan rohani mengingat puasa sebagaimana ibadah yang lain adalah paduan ibadah jasmani dan rohani.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA bahwasanya Rasulullah Saw. senantiasa puasa Senin dan Kamis. Dikatakan kepada beliau, “Wahai Rasul, engkau senantiasa puasa Senin dan Kamis.”
Beliau menjawab, “Sesungguhnya pada setiap hari Senin dan Kamis Allah SWT mengampuni dosa setiap Muslim, kecuali dua orang yang bermusuhan. Allah berfirman, ‘Tangguhkanlah keduanya sampai keduanya berdamai’.” (HR. Ibnu Majah).
Dalam kaitannya dengan puasa tiga hari setiap bulan, Rasulullah bersabda kepada Abu Dzar Al-Ghifari RA, “Wahai Abu Dzar, jika engkau ingin berpuasa setiap bulan, maka puasalah tanggal 13,14 dan 15.” (HR. Tirmidzi).
Sedangkan untuk persiapan rohani Rasulullah melakukan salat tahajud setiap malam serta zikir setiap waktu dan kesempatan. Bahkan, salat tahajud yang hukumnya sunah bagi kaum Muslimin menjadi wajib bagi pribadi Rasulullah.
Diriwayatkan oleh Aisyah RA yang bertanya kepada Rasulullah mengenai pembiasaan salat tahajud, padahal dosa-dosa beliau telah diampuni oleh Allah SWT, Rasulullah menjawab dengan nada yang sangat indah, “Apakah tidak boleh aku menjadi hamba yang pandai bersyukur?”
Mulai awal bulan Sya’ban, Rasulullah lebih meningkatkan lagi kuantitas dan kualitas puasa, tahajud, zikir dan amal saleh lainnya. Semuanya dilakukan mengingat bulan Ramadan yang akan menjadi puncak aktifitas kesalehan dan spiritualitas setiap orang Muslim.
Dikisahkan oleh Aisyah RA bahwasanya, “Rasulullah banyak berpuasa (di bulan Sya’ban) sehingga kita mengatakan, beliau tidak pernah berbuka dan aku tidak pernah melihat Rasulullah berpuasa sebulan penuh kecuali puasa Ramadan. Dan aku tidak pernah melihat Rasulullah banyak berpuasa (di luar Ramadan) melebihi Sya’ban.” (HR. Bukhari-Muslim).
Dalam riwayat Usama bin Zayed RA dikatakan, “Aku bertanya kepada Rasul, ‘Wahai Rasulullah, Aku tidak melihatmu banyak berpuasa seperti di bulan Sya’ban?’ Beliau menjawab, ‘Sya’ban adalah bulan yang dilupakan manusia, letaknya antara Rajab dan Ramadhan. Di bulan tersebut amal manusia diangkat (ke langit) oleh Allah SWT dan aku menyukai pada saat amal diangkat aku dalam keadaan berpuasa’.” (HR. An-Nasa’i).
Maka, hanyalah dengan persiapan yang baik yang akan mendatangkan hasil yang baik pula. Semoga Allah SWT memberikan kesempatan dan kekuatan kepada kita untuk mempersiapkan diri di bulan Sya’ban sehingga memperoleh hasil yang maksimal hingga di akhir Ramadan. *Ketua Dewan Pengurus Yayasan Al Uswah Centre Tuban
0 Comments