Oleh: Juwita Kridha Wicaksini, S.S.
Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya, niscaya Allah SWT memahamkan urusan agamanya.” (HR. Ahmad).
Pernahkah bapak/ibu mendengar hadist di atas?
Betapa Allah itu Maha Kuasa memberikan pemahaman ilmu agama kepada hambaNya sebagai tanda kebaikan yang diterima orang tersebut. Disadari atau tidak, setiap hari, sebenarnya Allah itu mendidik kita melalui hikmah-hikmah yang tersebar di alam semesta. Kita dibuat paham akan hikmah dibalik setiap peristiwa, sebagai bukti bahwa Allah menyayangi kita agar tidak terlena dan terjerumus dengan kesenangan, juga agar tidak lalai dengan peringatan dari Allah melalui musibah/ujian masalah. Clear ya sampai di sini?
Dari buku Kepemimpinan Jalan Langit, karya Riza Zacharias, beliau menuturkan, dari pengalamannya, ada dua cara yang Allah kehendaki dalam mendidik seseorang untuk belajar, yaitu dengan:
Sadar belajar
Ini berlaku untuk mereka yang mengerti bahwa dirinya harus memacu otot belajarnya untuk mempelajari/memahami hal-hal yang sedang/akan dihadapinya. Contoh, seseorang yang akan menikah, maka dia akan mengoptimalkan sumberdaya dan kemampuan dirinya untuk paham seluk beluk pernikahan, hubungan suami istri, cara komunikasi dan lain-lain yang berkaitan dengan pernikahan.
Contoh lainnya, saat kita memiliki anak. Kita secara naluriah, sebagai orang tua menginginkan tumbuh kembang dan kesehatan anak kita berjalan dengan baik. Oleh sebab itu, mau tidak mau kita harus memiliki pengetahuan tentang hal tersebut.
Dipaksa belajar
Nah, cara kedua ini, perlu dipahami dengan benar secara perlahan-lahan. Kita ‘dipaksa belajar’ oleh Allah melalui pelajaran yang Dia berikan, yang terasa tidak enak, sangat menyakitkan atau buruk menurut kita. Saat menerima pelajaran ini, kita harus tetap bersyukur. Catat ya, harus tetap bersyukur.
Dengan bersyukur, di situlah kita paham akan kebaikan yang Allah berikan pada setiap pelajaranNya.
Coba cermati baik-baik paragraf di bawah ini.
Perumpamaan seperti nasib orang pada saat terjadi kecelakaan. Diantara mereka ada yang luka ringan, ada yang luka cukup berat, sampai bahkan mungkin lebih parah lagi (gegar otak, koma, atau cacat). Semuanya masih diberi kesempatan hidup oleh Allah. Pertanyaannya, siapakah di antara mereka yang beruntung? Jika melihat keadaan masing-masing korban, barangkali yang paling beruntung adalah yang mendapat luka ringan. Benarkah?
Jawaban yang sesungguhnya, mereka yang pandai mengambil hikmah atas peringatan Allah dan masih sempat mengambil pelajaran serta bertobat setelah kejadian yang menimpanya, adalah yang paling beruntung. Dan yang paling buntung atau merugi adalah mereka yang dengan mendapat pelajaran itu malah menjadi manusia yang tersesat, terpuruk, menangisi keadaannya bahkan hancur berkeping-keping.
Tak salah jika Rasulullah bersabda, “Sungguh menakjubkan urusan seorang Mukmin. Sungguh semua urusannya adalah baik, dan yang demikian itu tidak dimiliki oleh siapa pun kecuali oleh orang Mukmin, yaitu jika ia mendapatkan kegembiraan ia bersyukur dan itu suatu kebaikan baginya. Dan jika ia mendapat kesusahan, ia bersabar dan itu pun suatu kebaikan baginya. (HR. Ahmad).
Jadilah kita manusia sebagaimana yang Rasulullah maksud di hadist itu. Orang seperti ini, menurut Riza Zacharias memiliki otot belajar yang sangat kuat. Seluruh unsur dalam kehidupannya dijadikan sumber belajar (unsur berupa kejadian maupun manusia sebagai inspirasinya).
Yang paling penting, sumber-sumber belajar itu terus dicari, digali dan ditangkap untuk didefinisikan hikmahnya.
Perlu diketahui, apa yang kita pelajari itu kadang gratis, kadang berbayar. Allah banyak memberikan pelajaran gratis namun sarat hikmah melalui peristiwa yang Allah gelar di muka bumi. Tak jarang kita harus rela membayar, mengeluarkan sejumlah uang untuk mendapatkan ilmu Allah yang luar biasa melalui orang-orang pandai dengan mengikuti pelajaran dalam menempuh sekolah, mengikuti training, seminar atau pelatihan-pelatihan.
Semoga, dengan berusaha menjadi manusia pembelajar, akan mengantarkan kita pada ketinggian derajat akhlak yang Allah ridhai. Aamiin… wallahu a’alam bisshowab. *Kepala Divisi Kurikulum LPIT Al Uswah Tuban
Terima kasih, atas postingannya. Semoga bermanfaat