0

Pemuda adalah kunci dalam perubahan. Kurang lebihnya begitu dalam sebuah quotes kata bijak. Berperan dalam berbagai sektor demi mewujudkan peradaban. Itulah pemuda yang revolusioner. Di sejarah kebudayaan islam tercatat beberapa pemuda yang mengubah “dunia”. Menjadi bagian penentu sejarah.

Islam memiliki pemuda-pemuda hebat pada zamannya masing-masing. Di usianya yang cenderung masih sangat muda, mereka mampu membuat karya-karya yang luar biasa. Sebagai contoh ada nama: Muhammad Al Fatih (21), Abdurrahman An Nashir (21), Atab bin Usaid (18), Zaid bin Tsabit (13), Usamah bin Zaid (18), dan Thalhah bin Ubaidullah (16).

Tentu masih banyak peran pemuda selain di atas yang memberikan dampak besar bagi bangsa atau lingkungannya. Dan tercatat sebagai pelaku sejarah yang dikenang perannya. Semua memiliki sumbangsih dengan kerja keras yang telah dilakukan.

Sehingga saat ini pemuda merupakan agen perubahan (agent of change)  yang diharapkan dapat membuat perubahan yang baik kedepannya.

Pemuda itu bisa digambarkan sebagai titik tertinggi dari perkembangan jiwa manusia. Membentuk peradaban yang “kekal”. Sehingga dalam fase ini merupakan waktu yang sangat ideal bagi seseorang untuk bebas melakukan apapun dalam hidupnya. Bebas lepas dalam konteks membangun positif. Pemuda juga digambarkan sebagai seseorang yang memiliki semangat tinggi, bertenaga, dan berintelektual.

Di era ini dengan segala bentuk kecanggihan teknologi merebak. Tingkat persaingan juga semakin tinggi sehingga menuntut kualitas dan kinerja manusianya untuk lebih ditingkatkan. Mampu tumbuh dan berkembang. Pemuda harus mampu beradaptasi dengan cepat, belajar, dan menjadi lebih baik serta melakukan navigasi yang lincah dan tepat agar dapat memecahkan setiap masalah.

Dunia saat ini sudah  move on dari zaman kuno-kolonialdan memasuki era milenial. Dimana era ini disebut sebagai masa di mana teknologi berkembang dengan pesat dan menjadi sebuah gaya hidup bagi para generasi di dalamnya.

Jika ditarik dalam sejarah bangsa ini, pemuda Indonesia memiliki peran yang sangat besar bagi kemerdekaan Indonesia. Mereka menjadi penggerak kebangkitan bangsa, mulai didesaknya Presiden Soekarno untuk mempercepat pembacaan teks proklamasi, sehingga keesokan harinya pada 17 Agustus 1845 terjadilah momen yang sangat penting bagi negeri ini, yaitu kemerdekaan Indonesia. Di sini ada peran pemuda yang sangat krusial.

Hari ini 28 Oktober 2020, tepat 92 tahun lalu, berlangsung Kongres Pemuda II yang menjadi pemicu lahirnya Sumpah Pemuda. Momentum Sumpah Pemuda ini menjadi salah satu titik balik perjalanan bangsa Indonesia menuju Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. Luar biasa peran pemuda, kan?
Sejak 1959, tanggal 28 Oktober ditetapkan sebagai Hari Sumpah Pemuda, yaitu hari nasional yang bukan hari libur yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia melalui Keppres No. 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959 untuk memperingati peristiwa Sumpah Pemuda.
Diyakini bahwa, saat itu Indonesia masih belum kompak bersatu. Sehingga para pemuda belum memahami siapa musuh mereka dan bersatu untuk melawannya. Persatuan itu kemudian ditandai dengan momen Sumpah Pemuda.
Dikutip dari harian Kompas, pada 22 November 1977, sebelum 28 Oktober 1928, para pemuda masih terpecah dalam beberapa organisasi kedaerahan, seperti Jong Java, Jong Sumatra, dan lain-lain. Pada saat memperingati lima tahun Jong Sumatranen Bond pada 1921, Mohamad Yamin menerbitkan sebuah buku kumpulan sajak yang berjudul Tanah air.
Namun, saat itu yang dimaksud Tanah Air oleh Yamin adalah Andalas, Sumatera. Belum termasuk Indonesia. Dalam masa enam tahun, tumbuh berbagai kesadaran baru di kalangan pemuda karena musuh yang dihadapi mereka sama, yaitu Belanda. Kesadaran itulah yang menyebabkan mereka berusaha menggalang persatuan dalam sebuah kesadaran baru.
Flyer resmi Hari Sumpah Pemuda LPIT Al Uswah Tuban (Sumber: MC/2020)
Flyer resmi Hari Sumpah Pemuda LPIT Al Uswah Tuban (Sumber: MC/2020)

Pada 1926, diselenggarakan Kongres Indonesia Muda yang pertama (Kongres Pemuda I). Bahkan, pada tahun itu pun kesadaran itu belum cukup untuk melahirkan sebuah sumpah pemuda.

Dalam wikipedia.id, yang dimaksud dengan “Sumpah Pemuda” adalah keputusan Kongres Pemuda Kedua. Diselenggarakan dua hari, 27-28 Oktober 1928 di Batavia (Jakarta). Keputusan ini menegaskan cita-cita akan ada “tanah air Indonesia”, “bangsa Indonesia”, dan “bahasa Indonesia”. Keputusan ini juga diharapkan menjadi asas bagi setiap “perkumpulan kebangsaan Indonesia” dan agar “disiarkan dalam berbagai surat kabar dan dibacakan di muka rapat perkumpulan-perkumpulan”.

 

Istilah “Sumpah Pemuda” sendiri tidak muncul dalam putusan kongres tersebut, melainkan diberikan setelahnya. Berikut ini adalah bunyi tiga keputusan kongres tersebut sebagaimana tercantum pada prasasti di dinding Meseum Sumpah Pemuda. Penulisan menggunakan ejaan van Ophuijsen.

Pertama:
Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.
Kedoea:
Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.
Ketiga:
Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.

Rumusan Kongres Sumpah Pemuda ditulis Moehammad Yamin pada secarik kertas yang disodorkan kepada Soegondo Djoyopuspito (asli orang Tuban Jawa Timur). Ketika Mr. Sunario tengah berpidato pada sesi terakhir kongres (sebagai utusan kepanduan) sambil berbisik kepada Soegondo: Ik heb een eleganter formulering voor de resolutie (saya mempunyai suatu formulasi yang lebih elegan untuk keputusan Kongres ini). Yang kemudian Soegondo membubuhi paraf setuju pada secarik kertas tersebut, kemudian diteruskan kepada yang lain untuk paraf setuju juga. Sumpah tersebut awalnya dibacakan oleh Soegondo dan kemudian dijelaskan panjang-lebar oleh Yamin.

Di Hari Sumpah Pemuda juga ditandai dengan peristiwa sejarah. Lagu “Indonesia Raya” diciptakan dan diperdengarkan untuk pertama kali pada Kongres Pemuda 28 Oktober 1928. Lagu tersebut diperdengarkan secara instrumental di depan kongres dengan biola.

Satu hal yang menarik dari lagu “Indonesia Raya” adalah, tidak banyak yang tahu bahwa lagu tersebut selama ini dinyanyikan hanya satu bait. WR Supratman menciptakan lagu tersebut dalam tiga bait (stanza). Dari ketiganya, stanza pertama jauh lebih populer dan dihafal masyarakat Indonesia daripada kedua dan ketiga.

Perjalanan panjang negara hingga saat ini tidak lepas dari dinamika yang digoreskan pemuda. Mereka yang peduli pada bangsa dan negaranya. Seperti pidato Ir. Soekarno “Beri aku sepuluh pemuda maka akan ku goncangkan dunia,menyiratkan pesan yang sangat mendalam bahwa pemuda bisa membuat perubahan.

Pemuda zaman dahulu telah memberikan sumbangsih besar pada negara. Pemuda zaman sekarang, mari bermanfaat bagi bangsa sesuai kemampuannya. Demi masa depan Indonesia.

Perubahan sosial erat kaitannya dengan pembangunan baik individu maupun kelompok. Hal ini sejalan dengan peran pemuda sebagai agen perubahan masa depan bangsa menuju perubahan, pembangunan, dan kemajuan peradapan. Pemuda yang BERSATU & BANGKIT .

(Admin)

 

 


Like it? Share with your friends!

0

2 Comments

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Share this
Chat
Hallo Sahabat Al Uswah
Admin ChatAl Uswah CentreWhatsApp
Dsu Al UswahWhatsApp