0

Oleh: Susmiati Andayani, S.Pd*

Di tengah kondisi bangsa seperti sekarang ini, kita sangat merindukan akan lahirnya generasi baru yang mampu memperbaharui cara kita dalam hidup bermasyarakat. Kita sudah “muak” dengan praktek KKN yang sudah mengakar kuat dan seolah sudah menjadi budaya hidup bangsa ini.

Tentang pelanggaran hukum, tentang pelanggaran norma dan peraturan-peraturan yang dilakukan oleh banyak pihak, termasuk oleh mereka yang seharusnya menegakkan hukum. Kita juga merasa prihatin dengan akhlak bangsa yang semakin merosot tajam yang mengakibatkan martabat kita sebagai bangsa semakin terpuruk di tengah percaturan global yang semakin kompetitif dan di masa pandemi.

Oleh karena itu sektor pendidikan merupakan sebuah investasi sosial yang strategis dan sangat menentukan bagi masa depan sebuah bangsa. Khususnya dalam melahirkan generasi penerus bangsa yang unggul. Namun, tentu saja bukan persoalan yang mudah untuk mempersiapkan sebuah sistem pendidikan yang murah dan berkualitas sehingga bisa diakses oleh semua strata sosial masyarakat kita. Dengan pengalokasian budget sampai 20% dari total APBN ternyata masih belum bisa memberikan jaminan peningkatan kualitas dan pemerataan pendidikan di seluruh wilayah Indonesia.

Faktanya sampai saat ini kualitas pendidikan di berbagai daerah umumnya masih jauh tertinggal dibandingkan dengan kualitas pendidikan di perkotaan. Keterbatasan jumlah dan “kualitas” tenaga pengajar. Keterbatasan sarana prasarana belajar dan keterbatasan untuk mengakses informasi dunia luar menjadi kontributor utama terhadap berbagai ketertinggalan tadi. Dan, dalam menanggulangi hal ini, tentunya kita tidak hanya berdiam diri dan menyerahkan sepenuhnya kepada pemerintah. Sangat diperlukan peran serta dan partisipasi aktif dari semua elemen bangsa ini tanpa terkecuali dari dunia usaha.

CSR untuk pendidikan misalnya banyaknya perusahaan pertambangan bisa menjadi salah satu potensi yang bisa dijadikan sebagai alternatif untuk membantu meningkatkan kualitas pendidikan di daerah – daerah terpencil yang berada di sekitar lokasi pertambangan. Program CSR untuk bidang pendidikan, selama ini hanya dilaksanakan dalam bentuk pemberian bantuan beasiswa untuk siswa/siswi berprestasi yang berasal dari keluarga yang kurang mampu.

Bantuan perbaikan sarana belajar sekolah dan pemberian insentif untuk para guru. Dan, anehnya hal ini justru banyak dibanggakan oleh para pekerja sosial perusahaan dan dianggap telah banyak membantu. Program beasiswa ‘konvensional’ walaupun hanya sebatas memberikan bantuan biaya sekolah, memang sudah cukup membantu.

Akan tetapi, jika melihat problematika pendidikan secara nasional maka program beasiswa seperti itu, umumnya belum bisa dikatakan sebagai sebuah solusi inovatif. Salah satu sebabnya adalah karena perusahaan pemberi beasiswa umumnya tidak berurusan dengan upaya memberikan pengalaman nilai-nilai baru, padahal disisi lain, nilai-nilai yang penting dan dibutuhkan tersebut dalam waktu yang bersamaan gagal dilakukan lembaga keluarga dan persekolahan.

Salah satu buktinya adalah fenomena yang kita rasakan saat ini, ratusan ribu lulusan sekolah menengah setiap tahun dinyatakan lulus, tapi mereka tak memiliki kecakapan dan kemandirian menjemput kesuksesan di tengah-tengah masyarakat. Sementara untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, tidak mampu mereka tempuh. Dari program beasiswa konvensional ke program beasiswa tematik tidak semua perusahaan hanya sekedarnya saja dalam melaksanakan program beasiswa.

Ada juga beberapa perusahaan yang serius dan justru menjadikan program beasiswa sebagai program unggulan yang tidak hanya memberdayakan namun juga bisa mendorong citra positif bagi perusahaannya.

Lantas apa saja yang menjadi keistimewaan dari program beasiswa yang mereka jalankan bila dibandingkan dengan program beasiswa konvensional yang dilaksanakan pada umumnya? Program beasiswa konvensional :

  1. Program yang dijalankan masih menitik beratkan kepada prestasi akademik dari siswa yang mendapatkan beasiswa.
  2. Tidak ada intervensi program untuk peningkatan prestasi akademik penerima besiswa, semua diserahkan sepenuhnya kepada sekolah dan si penerima beasiswa sendiri.
  3. Bantuan yang diberikan masih berupa bantuan sarana belajar, uang iuran sekolah dan uang saku

Sedangkan untuk program beasiswa tematik :

  1. Program yang dilaksanakan didasarkan pada hasil analisa terhadap kebutuhan dan tantangan dari dunia usaha.
  2. Program beasiswa bersifat tematik dan mempunyai ciri khas seperti beasiswa entrepreneur, beasiswa leadership atau beasiswa mandiri.
  3. Prestasi akademis hanya menjadi salah satu indikator dari sekian banyak bentuk kecerdasan lain yang ingin dicapai program. Hal ini didasarkan pada kenyataan yang menunjukkan bahwa nilai akademis di sekolah ternyata tidak berbanding lurus dengan kesuksesan seseorang.
  4. Bantuan yang diberikan tidak hanya berupa pemberian bantuan biaya sekolah, namun sekaligus juga pemberian akses dan kesempatan meningkatan pengalaman sikap mental membangun kedewasaan, kemandirian, ledership, entrepreneurship, serta refleksi penerapan nilai-nilai keyakinan dan spiritual.
  5. Selama program berjalan para penerima beasiswa akan mendapatkan berbagai intervensi program berupa serial pelatihan, study banding dan pendampingan reguler.

Bagi perusahaan, selain bisa membangun reputasi/citra positif melalui pendidikan, juga membantu untuk mempersiapkan SDM lokal yang unggul yang bisa mengisi berbagai posisi yang dibutuhkan oleh perusahaan dimasa yang akan datang, serta menjadi media penghubung paling efektif antara perusahaan dengan masyarakat sekitar. *Kepala TPAIT Al Uswah Tuban

**Diolah dari berbagai sumber


Like it? Share with your friends!

0

0 Comments

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Share this
Chat
Hallo Sahabat Al Uswah
Admin ChatAl Uswah CentreWhatsApp
Dsu Al UswahWhatsApp