1
1 point

Oleh: Mohamad Sahlan, S. Pd

Pendidikan hari ini memiliki tantangan yang semakin komplek. Kecepatan perkembangan teknologi informasi yang sedemikian pesat mempengaruhi banyak sendi kehidupan, tak terkecuali bidang pendidikan. Perubahan teknologi juga mempengaruhi perilaku dalam tatanan sosial masyarakat. Dunia yang menjadi sedemikian ringkas, cepat, mudah, instan itulah dunia kita hari ini yang tidak bisa dihindari.

Dari perubahan dan dinamika yang terjadi dalam masyarakat, ada fenomena yang mesti kita pikirkan ulang sebagai pendidik dan orang tua. Peran orang tua sesungguhnya semakin komplek dalam bidang pendidikan anak. Demikian juga peran guru, sebagai bagian dari kemajuan pendidikan itu sendiri. Problematika dalam pendidikan juga semakin banyak, seiring dengan perubahan perilaku masyarakat pada umumnya, dan orang tua pada khususnya.

Kenakalan anak, pornografi, kecanduan gadget, kurang mandiri, manja, jauh dari nilai-nilai agama. Kurangnya keteladanan, pergaulan yang semakin mengkhawatirkan. Orang tua yang semakin sibuk, rendahnya daya juang, motivasi diri yang tidak tumbuh. Kedekatan dengan orang tua yang semakin jauh, adab dan sopan santun yang semakin menurun.

Tidak mau tahunya orang tua karena merasa sudah dan mampu membayar pendidikan anak. Tidak faham pengasuhan anak dengan benar, apatis, egois, merasa bahwa ketika HP dan fasilitas lainnya terpenuhi sudah cukup. itulah beberapa fenomena yang terjadi dan tumbuh dalam masyarakat.

Hari ini, ketika orang tua cenderung membangunkan anak karena takut ketinggalan sekolah dari pada terlambat salat subuh. Ketika orang tua diingatkan oleh guru bahwa anaknya belum menyelesaikan tugas-tugas, dan orang tua dengan dengan enteng menjawab; bahwa guru saja yang langsung menghubungi anaknya. Ketika orang tua cenderung memanjakan anak dari pada melatih kemandiriannya. Ketika orang tua tidak lagi dihormati oleh anaknya, dan banyak contoh lainnya dalam kehidupan kita hari ini.

Nah, dari banyak fenomena yang ada apa yang mesti kita perbaiki? Berikut ulasannya:

Keteladanan dalam keluarga

Kunci tumbuh kembang baik seorang anak terletak dalam asuhan orang tua. Semua hal yang terjadi dalam keluarga akan menjadi cerminan dan kebiasaan yang melekat pada kebiasaan seorang anak. Orang tua yang selalu bangun kesiangan, maka kemungkinan besar anak akan bangun kesiangan.

Dan, akan semakin sulit manakala orang tua hanya sekadar meminta anak bangun lebih pagi sedangkan orang tua juga tidak memberikan keteladanan. Maka, tidak mengherankan jika kemudian anak sudah berpindah ke lingkungan baru dan sulit untuk dikondisikan. Karena faktor keteladanan dalam keluargalah yang memberikan dominasi yang kuat kepada anak terkait perubahan perilaku, kebiasaan, cara komunikasi, etika, sopan santun dan lainnya.

Mengutamakan akhlak, kemandirian dan daya juang

Dalam rilis terbaru Kemendikbud, bahwa tujuan pendidikan adalah membentuk manusia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, mandiri, kreatif, berwawasan global, dan seterusnya. Tapi kenyataan yang terjadi masih jauh dari apa yang diharapkan. Krisis moral dan akhlak banyak melanda dalam generai muda dan pelajar kita.

Maka tidak tidak salah jika hari ini banyak terjadi pergeseran nilai dalam pendidikan kita, karena umumnya pendidikan lebih banyak mengejar knowledge atau pengetahuan semata. Sehingga penerapan tentang nilai keimanan, adab, ahklaq jauh dari yang semestinya.

Banyak kasus pelajar yang tidak lagi memiliki etika sopan santun kepada guru. Bahkan berani melawan orang tua, melawan guru, hanya sekadar keinginan seorang anak tidak dituruti oleh orang tua dan guru. Orang tua yang semena-mena kepada guru, karena jauhnya pemahaman dan aplikasi bahwa akhlak, adab, menjadi bagian terpenting dalam pendidikan. Karena keberkahan ilmu, ketaatan kepada orang tua dan guru akan membawa kesuksesan dalam kehidupan anak kelak.

Kemandirian dan daya juang anak-anak kita hari ini semakin menurun. Karena bisa jadi pola asuh dalam keluarga. Mudah mengeluh, mudah menyerah, tidak mau repot, sifat malas, sudah menjadi hal yang biasa ditemui dalam diri anak-anak sekarang.

Pendidikan yang berorientasi pada dunia dan akhirat

Penting untuk disadari bahwa pendidikan haruslah sampai pada tujuan akhirat. Era materealistik yang terjadi sekarang dimana seolah-olah ketika sudah mencapai kesuksesan dunia semuanya bisa dibeli dan lupa akan tujuan akhiratnya.

Pendidikan untuk mengasah anak agar memiliki skill dan kompetensi serta daya saing untuk bekal kehidupan dunia. Dan, dengan era persaingan dan kompetensi yang seketat ini sangatlah dibutuhkan. Karena dengan kompetensi yang dimiliki dan pilihan profesi maka sejatinya anak-anak akan mampu meberikan kemanfaatan yang jauh lebih besar terhadap kebaikan dunia dan tentu saja kebaikan akhiratnya.

Kita membutuhkan banyak orang baik dengan beragam kompetensi dan beragam profesi agar fitroh kita sebagai manusia sesuai dengan tujuan penciptaan manusia sebagai khalifah di muka bumi. Yang membawa kemakmuran di bumi tanpa melupakan tujuan akhirat.

Dari ketiga hal di atas, tentu sebagai orang tua tidak bisa melakukan sendiri. Butuh dukungan besar dari lingkungan keluarga, masyarakat sekitar, pergaulan sekelilingnya anak, serta fasilitas pendidikan. Yang kesemuanya harus berimbang untuk memberikan visi pendidikan yang baik kepada anak.

Setiap orang tua pasti menginginkan yang terbaik bagi anaknya. Tapi kadangkala karena ketidakfahaman terkait pola asuh yang benar, justru yang dilakukan malah keliru dan justru menjadikan anak lebih sulit untuk dikondisikan.

Jadi kalau hari ini ada kebijakan pemberian kuota untuk pembelajaran daring itu sangat baik, tapi jangan melupakan bahwa banyak hal lain yang juga penting dari sekedar kuota.  Wallahu’alamu. *Kepala SMPIT Al Uswah Tuban

 


Like it? Share with your friends!

1
1 point

0 Comments

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Share this
Chat
Hallo Sahabat Al Uswah
Admin ChatAl Uswah CentreWhatsApp
Dsu Al UswahWhatsApp