1
1 point

Setiap hari Rabu Divisi Pengembangan Dakwah dan Al-Qur’an DSU Tuban secara konsisten. Di Rabu pekan ini mengangkat tema “Pelajaran Kasih Sayang dan Ketaatan Nabi Ibrahim” yang dilaksanakan di Masjid SDIT Al Uswah Tuban. Dalam kesempatan di minggu kedua Agustus ini pematerinya, yakni Ustaz Fauzi Prayitno, MA yang juga sebagai ketua IKADI Tuban.

Bertempat di masjid beralamatkan di Jalan Al Falah II Gang Al Uswah No 06 Latsari Tuban ini menjadi salah satu tempat yang dipakai selain pilihan yang lain. Kajian tetap memperhatikan protap kesehatan dalam pencegahan penyebaran Covid-19.

Di bulan Dzulhijah meru­pakan salah satu bulan istimewa bagi umat Islam. Di dalamnya, umat Islam melaksanakan ibadah haji, kurban, dan mendirikan shalat Idul Adha seraya mengumandangkan takbir dan kalimat toyibah lainnya.

Menariknya, rangkaian ibadah itu erat kaitannya dengan kisah perjalanan hidup Nabi Ibrahim AS. Jika diper­hatikan, keluarga Nabi Ib­rahim merupakan salah satu profil keluarga ideal yang dikisahkan dalam Al-Qur’an.

Kita ketahui bersama jika Nabi Ib­rahim satu dari ulum azmi. Yang artinya para Nabi dan Rasul yang memiliki ketabahan luar biasa. kesabaran dan keuletan yang luar biasa dalam menjalankan tugas sucinya sebagai rasul, walaupun menghadapi berbagai rintangan. Nabi dan Rasul diutus oleh Allah SWT untuk menyampaikan kebenaran dan membimbing umatnya ke jalan yang benar.

Banyak pelajaran yang dapat dipetik dari kisah perjalanan hidup keluarga Nabi Ibrahim AS. Di anta­ranya, pertama: ketelanan Nabi Ibrahim sebagai suami dan ayah. Dalam keluaganya, Nabi Ibrahim adalah kepala keluarga. Ia membina keluar­ganya sesuai dengan tuntunan Allah.

Sebagai suami, Ibrahim AS berlaku adil kepada istrinya. Kedua istrinya, Sarah dan Hajar, taat kepada Nabi Ibrahim. Ketaatan istri terse­but tentu tidak terlepas dari kemuliaan pribadi dan keta­atan Nabi Ibrahim AS kepada Allah SWT.

Hal ini mengajarkan kepa­da kita bahwa jika ingin ditaati oleh istri, seorang suami harus mampu menam­pilkan dirinya sebagai kepala keluarga yang bertanggung jawab, berkepribadian luhur, cinta pada keluarga, dan berperilaku sesuai dengan tuntunan agama.

Sebagai seorang ayah, Nabi Ibrahim AS tampil sebagai pendidik yang penuh kasih sayang, demokratis, dan menjadi teladan. Perhati­kanlah dialog Nabi Ibrahim ketika menjalankan perintah Allah untuk menyembelih Ismail.

Maka tatkala anak itu sampai (pada umur yang ideal/sanggup) berusaha bersama-sama Ibra­him, Ibrahim berkata: “Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang dipe­rintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapa­tiku termasuk orang-orang yang sabar” (Qs. ash-Shaffat/37: 102).

Dalam dialog yang dike­mu­kakan Al-Qur’an di atas, terlihat Nabi Ibrahim sangat menyayangi dan anaknya dan bersifat demokratis. Sifat kasih sayang itu tergambar dari pilihan kata yang diguna­kannya ketika menyeru buah hatinya: ya bunayya (hai anakku). Penggunakan kata ya bunayya merupakan pang­gi­lan penuh kasih sayang kepada anaknya.

Kemudian, Ibrahim me­min­ta pendapat kepada anak­nya ketika diperintah untuk menyembelih sang anak terse­but. Tampak jiwa demokratis seorang ayah yang sebe­lum­nya telah berupaya mena­namkan nilai-nilai pendidikan yang baik kepada Ismail.

Jangankan mengajak un­tuk kebaikan yang mengun­tungkan secara lahiriah, keti­ka diajak untuk mengor­bankan nyawa sekali pun, sang anak rela tanpa protes. Kita tentu bertanya, upaya apa yang dilakukan oleh Ibrahim sehingga anaknya setaat itu?

Semua itu tidak terlepas dari doa, usaha, dan ketela­danan yang dilakukan oleh Nabi Ibarahim. Al-Qur’an me­nga­­badikan doa Nabi Ibrahim,rabbi habli minashshalihin, Wahai Tuhanku, anugerahkan kepadaku anak yang shaleh (Qs. ash-Shaffat/37: 100).

Hal ini mengajarkan kepa­da kita agar senantiasa ber­doa untuk memperoleh anak yang shaleh. Anak adalah amanah. Ia bisa menjadi fitnah (al-Anfal/8: 28).

Karena itu, berdoa dan berlindunglah kepada Allah agar kita diberi kekuatan dan kemampuan untuk mendidik anak yang shaleh sehingga ia tidak men­jadi fitnah yang merugi­kan.
(Admin)

 


Like it? Share with your friends!

1
1 point

0 Comments

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Share this
Chat
Hallo Sahabat Al Uswah
Admin ChatAl Uswah CentreWhatsApp
Dsu Al UswahWhatsApp