Setiap tanggal 23 Juli di Indonesia diperingati sebagai Hari Anak Nasional (HAN). Ada sejarah dan alasan yang mendasari hal ini hingga proses ini. Proses yang panjang dalam sejarah bangsa Indonesia.
Peringatan hari anak di tanah air merupakan gagasan Kongres Wanita Indonesia (Kowani). Kowani adalah organisasi kaum perempuan Indonesia yang embrionya tercetus sejak Kongres Perempuan Indonesia I pada 22 Desember 1928, atau beberapa pekan setelah Sumpah Pemuda. Kowani, yang diresmikan tahun 1946, dalam sidangnya pada 1951 memutuskan beberapa kesepakatan. Salah satunya, menurut artikel dalam Majalah Rona (1988), adalah mengupayakan penetapan Hari Kanak-Kanak Nasional.
Bermula pencetusan Hari Kanak-Kanak Indonesia di era Presiden Soekarno-Orde Lama- yang berproses terbilang cukup rumit, hingga nantinya diganti dan diteruskan oleh Presiden RI ke-2 Soeharto pada 1984.
Peresmian HAN berdasarkan dengan Keputusan Presiden (Keppres) Republik Indonesia Nomor 44 tanggal 19 Juli 1984. Anak merupakan cikal bakal bagi bangsa yang melahirkan generasi penerus untuk menggapai cita-cita perjuangan bangsa dan negara. Melanjutkan estafet pengelolaan, kepemimpian, dan penentuan bangsa dan negara di masa depan. Bahkan, anak merupakan sumber daya manusia bagi pembangunan nasional ke depan. Negara hadir dalam rangka perlindungan kepada anak.
Oleh karena itu, kita sebagai warga Negara Indonesia harus sadar akan hak-hak anak. Dengan begitu, bangsa ini melahirkan generasi penerus yang lebih baik kedepannya. Menyiapkan pendidikan terbaik buat anak. Pendidikan karakter dan keilmuan yang paripurna. Anak adalah aset terbaik yang kita miliki.
Di Lembaga Pendidikan Islam Terpadu (LPIT) Al Uswah Tuban sendiri menjaga, menyanyagi, mengasihi, mendidik, dan menumbuhkembangkan anak sebagai generasi islam yang baik. Komitmen ini senantiasa kita jaga sebaik mungkin. Bahwa anak adalah karunia Allah terbaik yang perlu kita jaga sampai kapanpun.
Tujuan memperingati HAN adalah untuk bersama-sama menyayangi dan mencintai serta menghormati hak setiap anak.
Menurut Kementerian Pemberdayaan dan Perlindungan Anak Indonesia (KPPAI), peringatan HAN dimaknai sebagai kepedulian seluruh bangsa terhadap perlindungan anak Indonesia agar tumbuh dan berkembang secara optimal.
Caranya adalah dengan mendorong keluarga menjadi lembaga pertama dan utama dalam memberikan perlindungan kepada anak, sehingga akan menghasilkan generasi penerus bangsa yang sehat, cerdas, ceria, berakhlak mulia, dan cinta tanah air. Hingga saat ini, peringatan HAN dirayakan dengan berbagai kegiatan. Bahkan, KPPAI telah menyediakan pedoman penyelenggarakan peringatan HAN dengan dukungan penuh dari pemerintah.
HAN juga dijadikan sebagai pengingat bagi rakyat Indonesia untuk menggencarkan gerakan Internasional World Fit for Children. Gerakan ini direalisasikan dengan Kota Layak Anak (KLA) di sejumlah kota di Indonesia. Tujuan akhir dari gerakan ini tentu saja mewujudkan Indonesia Layak Anak (ILA). Kita ketahui bersama bahwa di sekolah-sekolah telah mengukuhkan Sekolah Ramah Anak (SRA) untuk lebih melindungi anak dari tindakan bullying dan sebagainya.
Pancasila, UUD 1945, GBHN, dan atau RPJM sebagai Landasan Hukum, menempatkan perempuan dan anak sebagai mahluk ciptaan Tuhan dengan keluhuran harkat dan martabatnya, dan sebagai warga negara memiliki kedudukan, hak, kewajiban, tanggungjawab, peranan dan kesempatan yang sama dengan laki-laki untuk berperan dalam berbagai bidang kehidupan dan segenap kegiatan pembangunan.
Mengusung tema “Anak Terlindungi, Indonesia Maju” dan tagline #AnakIndonesiaGembiradiRumah, pelaksanaan puncak Peringatan HAN 2020 pada 23 Juli 2020.

“Kami berharap peringatan HAN 2020 secara virtual tidak mengurangi makna dari sebuah bentuk perhatian negara atas penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak anak sebagai generasi penerus bangsa. Kami ingin anak-anak dapat ikut merayakannya dengan aman di rumah”. Kata Menteri PPPA RI.
Lebih lanjut, ia mengatakan sudah menjadi tugas kita bersama untuk memberikan ruang yang nyaman, aman, dan ramah bagi anak untuk tumbuh dan berkembang dalam kondisi apapun. Atas dasar inilah HAN 2020 mengambil Tema “Anak Terlindungi, Indonesia Maju” yang bermakna kepedulian seluruh Bangsa Indonesia terhadap perlindungan anak Indonesia, dengan mendorong keluarga Indonesia menjadi lembaga pertama dan utama dalam memberikan perlindungan kepada anak sehingga akan menghasilkan generasi penerus bangsa yang sehat, cerdas, ceria, dan berkualitas,” ungkap Menteri PPPA, Bintang Puspayoga dalam konferensi pers virtual terkait puncak Peringatan HAN 2020.
0 Comments