“Dan kami telah menghamparkan bumi dan Kami pancangkan padanya gunung-gunung serta Kami tumbuhkan di sana segala sesuatu menurut ukuran”. (al-hijr/15:19).
Pada ayat di atas terdapat kata Mauzun. Menurut kitab Tafsir Ilmi Penciptaan Bumi dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains, Mauzun termasuk dalam bentuk isim maf’ul dari kata kerja wazana yazinu waznan, menimbang. Mauzun mempunyai arti yang ditimbang, yang terukur.
Segala tumbuh-tumbuhan yang beraneka macam jenisnya (spesies) dan karakteristiknya di muka bumi, baik pohon, tumbuhan, rumput, jamur, lumut, dan perdu, semua Allah ciptakan dan tumbuhkan secara teratur. Diatur oleh-Nya dalam tugas pokok dan fungsinya masing-masing. Seperti halnya dalam pembagian klasifikasi di dalam ilmu Botani (Ilmu yang mempelajari tentang tumbuhan). Semuanya berguna atas guna dan manfaatnya tersendiri. Tak ada produk gagal yang telah diciptakan oleh-Nya.
Demikian pula akar tumbuhan yang berbeda bentuk di masing-masing spesiesnya. Akar serabut, tunggang, nafas, pembelit, lutut, banir, gantung, semuanya secara terukur, teratur, sistemik, dan berkeseimbangan menjalankan fungsinya. Semisal, akar pohon berfungsi menahan air, menjaga erosi dan mewujudkan kesuburan tanah (unsur hara). Semakin banyak pohon di suatu lingkungan, semakin harmonis dan keseimbangan pula kehidupan.
Ayat di atas menjelaskan, bahwa bumi yang permukaannya seolah tampak datar terhampar, namun banyak pegunungan yang dipancangkan. Endapan-endapan yang yang berada di wilayah laut atau wilayah yang lebih rendah seiring dengan berputarkan waktu dan suatu proses tektonik, endapan tersebut akan diangkat kembali naik ke suatu ketinggian dan bisa jadi kembali membentuk pegunungan. Itulah suatu siklus geologi yang senantiasa terus berjalan dengan keteraturan.
Siklus geologi (ilmu bumi) yang mencakup tentang proses erosi dan sedimentasi barang tentu terdapat anomali-anomali (perubahan) yang terjadi. Seperti halnya, banjir, kekeringan, namun semua itu berjalan normal sesuai kaidah alam. Teratur, berimbang, terukur sesuai siklus. Ketika ulah manusia telah merusaknya menyebabkan tak terkendalinya siklus alam, rusaknya hutan, eksploitasi laut berlebihan, maka air yang sejatinya harus tersimpan dalam perut bumi. Justru melimpah ruah ke permukaan bumi menjadi musibah banjir. Tak akan ada asap jika tak ada api. Ibaratnya demikian.
Ketika kehidupan di bumi berjalan dalam keseimbangan dan pengelolaan sumber daya alam dengan bijak. Memperhatikan daya dukung alamnya, maka kehidupan seluruh mahluk pun seimbang. Tak ada gonjangan di darat maupun laut. Saling memenuhi kebutuhan antara satu sama lain. Hubungan timbal-balik antara mahluk hidup dengan lingkungan (ekologi). Inilah siklus alam.
Salah satu lembah yang subur yakni dataran Mesopotamia yang terbukti meninggalkan jejak peradaban masa lalu. Terjadi melalui proses geologi alami yang panjang. Berlangsung secara teratur, harmonis, dan berkeseimbangan. Kajian para ahli menyebutkan, proses geologi berupa siklus yang tiada hentinya. Di dasar lautan, di lautan Pasifik misalnya, berlangsung suatu proses penghamparan material-material magnetik yang keluar dari pegunungan tengah samudra secara kontinyu dan membentuk lempeng samudra.
Secara sains, bumi yang diuni oleh manusia memiliki lapisan batu bagian luar yang terbagi beberapa lempengan yang terletak di dasar samudra. Lempengan dapat menahan lelehan bebatuan panas. Banyaknya air di lautan mampu menjinakkan panas yang bersuhu lebih dari sepuluh ribu derajat celcius. Kapal selam yang digunakan oleh peneliti sanggup berada dalam kedalaman 2 mil di bawah laut. Dan ditemukan suhu hingga ribuan derajat celcius.
Dalam penjelesannya, kedalaman satu mil di bawah laut, lahar letusan gunung api bisa meleleh keluar dan memanas hingga menyemburkan abu-abu vulkanik. Fenomena alam ini bisa terjadi di seluruh lautan. Gunung api yang di dasar lautan (samudra) jumlahnya lebih banyak dan lebih aktif dibandingkan dengan gunung api di daratan. Jika di Indonesia, gunung Krakatau di Selat Sunda yang dalam sejarah letusannya menutupi lebih dari separuh dunia terjadi hujan abu.
Fenomena alam/sains tersebut terdapat dalam Al-Qur’an surah at-Tur ayat 1-6. Di surah ar-Ra’d ayat 3, menjelaskan penciptaan hamparan bumi, gunung, sungai, dan berbagai jenis tumbuhan, dan pepohonan. Al-Qur’an sejak 14 abad yang lalu telah tegas mengatakan, jauh sebelum manusia mengenal tehnologi canggih. Bahwa apa yang disebutkan dalam kalamullah kebenarannya mutlak. Tak ada keraguan sedikitpun di dalamnya.
Demikianlah, jika kita mau merenung untuk berfikir, mengenal alam. Kita akan merasa begitu agung ciptaan Allah. Dia menciptakan alam yang indah, lengkap, dan bermanfaat. Kufur jika kita mengingkari segala nikmat ini. Kita pelihara dengan sebaik-baiknya untuk kemaslahatan umat. Sudah seharusnya kita semua melaksanakan ketentuan dan hukum-hukum Tuhan di bumi.
0 Comments