Pada umumnya, anak baru dapat sepenuhnya memahami konsep empati saat usianya menginjak 8 – 9 tahun. Tetapi pada usia 5 tahun, anak sudah dapat menyatakan perasaan tentang bagaimana dirinya ingin diperlakukan, sekaligus bagaimana sebaiknya memperlakukan orang lain. Pada usia 5 tahun pula, sahabat Al Uswah sudah dapat mulai mengajarkan anak mengenali dan mengelola emosi dirinya agar rasa empatinnya terbentuk.
Jika ditanya apa pelajaran yang wajib diberikan kepada anak-anak, mungkin belajar bersikap empati menjadi salah satu jawabannya. Manusia hidup di dunia modern dengan watak narsistik dan tidak peduli terhadap sesama. Kemiskinan, kebencian, dan kekerasan, akan semakin mewabah jika kepedulian tidak ditanamkan sejak dini.
Anak sebaiknya diajarkan untuk tidak acuh terhadap keadaan di sekitarnya. Pakar parenting Rokhmah Yulianti berujar bahwa sikap empati harus dibiasakan oleh interaksi sehari-hari dengan orang tua.
Dikutip dari buku Mendidik Anak ala Homeschool, ada 4 permainan sederhana yang bisa dipraktikkan orangtua di rumah.
Pertama, lomba membuat sketsa mewarnai atau emoticon. Ajaklah anak berlomba membuat gambar pemandangan, pola, ekspresi wajah mulai dari sedih, senyum, tertawa, takut dan sebagainya. Jika sudah, sahabat Al Uswah ceritakan suatu kejadian lalu minta anak untuk memilih ekspresi wajah mana yang mewakili cerita.
Contoh, ”Suatu hari kakak tak sengaja menghilangkan pensil kesayangan adik. Kira-kira bagaimana ekspresi wajah kakak ya?” Jika anak menunjukkan ekspresi wajah yang tepat sesuai kejadian yang sahabat Al Uswah ceritakan, beri penghargaan dengan meminta dia menempelkan hasil gambar ekspresi wajah itu di dinding kamarnya. Dari permainan ini anak akan belajar memahami perasaan orang lain berdasarkan mimik wajah. Selain itu juga dapat melatih rasa empati mereka.
Kedua, permainan bola bergilir. Lakukan permainan bola bergilir bersama keluarga inti di rumah. Ambil satu tema, misalnya tentang sayuran. Minta anak memegang bola pertama dan membuat satu kalimat.
Misalnya: ”Aku belanja di pasar membeli kangkung.” Selanjutnya minta anak untuk melempar bola pada anggota keluarga yang lain. Yang menangkap bola harus melanjutkan kalimat yang telah dibuat. Misalnya, ”Aku belanja di pasar membeli kangkung dan bayam.” Dalam permainan ini buat aturan bagi yang tak memegang bola tidak boleh berbicara.
Jika ada yang sedang berbicara, anggota keluarga yang lain tidak boleh ada yang berkomentar memotong pembicaraan. Serta semua anggota keluarga mendapat kesempatan yang sama untuk mendapat bola. Melalui permainan bola bergilir anak belajar berpendapat, mendengarkan pendapat orang lain, menilai pendapat orang lain dan menghargai orang yang sedang berbicara.
Ketiga, lomba membuat kerajinan tangan. Membuat kerajinan tangan sangat digemari anak-anak. Selain melatih kreativitas, ternyata membuat kerajinan tangan juga dapat melatih empati anak terhadap lingkungannya.
Misalnya dengan membuat kerajinan tangan dari barang bekas. Kerajinan tangan dari barang bekas yang paling sederhana adalah membuat tempat sampah. Sediakan 4 kardus bekas air mineral, lapisi dengan kertas bekas kalender yang tidak terpakai.
Pilih sisi polosnya saja untuk menutupi kardus. Setelah keempatnya dilapisi kertas polos, beri gambar untuk masing-masing kardus mulai dari gambar tumpukan kertas, gambar botol, gambar plastik dan gambar baterai. Ajak anak membuang sampah sesuai jenis yang ada pada gambar tersebut. Permainan ini mengajak anak belajar peduli pada lingkungan. Mengetahui bahwa menjaga lingkungan itu adalah kewajiban. Selain itu anak akan tahu bahwa barang yang tidak terpakai untuk mereka bisa berguna bagi orang lain.
Keempat, bermain putar botol. Setiap orang memiliki kehidupannya masing-masing. Ada yang hidupnya berlebih materi, ada yang berkecukupan mamun juga ada yang kekurangan. Mengajari anak untuk mengenal apa itu berbagi kepada sesama adalah salah satu kewajiban orangtua.
Salah satu caranya yaitu dengan permainan berbagi kue. Sediakan sepiring biskuit, botol bekas dan beberapa piring plastik. Ajak anggota keluarga duduk melingkar. Masing-masing anggota mendapat satu piring plastik kosong. Letakkan piring berisi biskuit dan botol bekas di tengah. Minta anak termuda untuk memutar botol, dimana arah ujung tutup botol berhenti maka dia yang boleh mengambil biskuit. Lakukan aktivitas memutar botol oleh masing-masing anggota secara bergantian sampai biskuit di piring habis. Anggota keluarga yang mendapat biskuit terbanyak, harus memutar botol dan memberikan biskuitnya pada anggota keluarga lain yang terpilih. Lakukan permainan ini hingga semua anggota keluarga mendapat biskuit sama banyak. Melalui bermain putar botol ini, anak akan mengerti arti berbagi. Permainan ini juga akan melatih anak peduli kepada orang yang membutuhkan dan bersedekah.
0 Comments