Namanya Jati Prasetyo. Pemuda lulusan SMKN Jatirogo ini harus mengalami kondisi istirahat penuh selama 2,5 bulan terakhir, serta mengalami cacat permanen di tangan kanannya.
Ujian yang menimpa lajang kelahiran tahun 2000 ini bermula dari kecelakaan kerja yang menimpa dirinya. Hari Sabtu, 16 November 2019 lalu, adalah hari yang tidak mungkin terlupakan seumur hidupnya. Pada hari itu dia sedang melakukan pekerjaannya sebagai pembantu tukang bangunan. Saat akan melakukan pemasangan kerangka atap berbahan galvalum, tanpa diduga aliran listrik dari kabel SUTET di atas bangunan menyentuh galvalum yang sedang dipegangnya. Meski jarak antara logam itu dengan kabel listriknya masih berjarak sekitar 5 meter.
“Sesaat saya tidak sadar apa yang terjadi. Tapi kembali sadar setelah badan saya kembali menyentuh tanah…” tuturnya kepada tim Dompet Sosial Al Uswah yang mengunjungi rumahnya, di Desa Sidomulyo Kecamatan Jatirogo.
“Teman – teman bilang saya jatuh, seperti seekor burung yang tertembak mati…” sambungnya sambil tertawa kecil. Wajahnya tetap ramah di tengah rasa sakit yang dia rasakan.

Tangan kanan Jati Prasetyo masih diperban dan bagian kakinya (Foto: Iqbal/DSU/2020)
Akibat sengatan listrik tegangan sangat tinggi itu, Pras-sapaan akrabnya- mengalami luka yang sangat serius. Terutama di tangan kanannya. Saat ini kelima jarinya tidak bisa digerakkan sama sekali. Karena otot tendonnya sudah rusak dan harus dioperasi, dipotong untuk membuang jaringan yang rusak. Sempat mengalami infeksi dan bengkak, hari ini ukuran tangannya sudah normal kembali. Namun kelima jari tangannya berwarna hitam legam.
“Harusnya diamputasi, tapi Pras tidak mau…” bisik kakak perempuan yang merawatnya sehari-hari.
Sementara tangan kirinya masih belum kembali normal. Masih dalam proses berlatih untuk dapat memegang sendok dan bisa makan sendiri.
Kecelakaan itu juga menyisakan bekas luka bakar lebar di paha dan betis, serta punggungnya.
“Sebenarnya sejak lulus SMK itu saya sudah bekerja di Surabaya. Tetapi karena bapak kedua kakinya menjadi cacat, dan tidak bisa berjalan, saya memilih pulang. Menggantikan tugas Bapak bekerja. Karena saya anak laki – laki satu – satunya.”
Direktur DSU Tuban Ratna Dwi Kartika dan seluruh tim yang mendampingi, memberikan suntikan semangat untuk Prasetyo, agar tetap tabah. Rajin melatih tangan kirinya agar cepat bisa difungsikan dan kembali mandiri. Pada kesempatan ini diserahkan donasi sebesar Rp 1 juta.
“Bantuan yang disalurkan untuk Mas Pras berasal dari zakat maal yang diamanahkan ke DSU…” kata Direktur Dompet Sosial Al Uswah, Ratna Dwi Kartika.

Kondisi Elvi yang mengalami polio sejak kecil (Foto: Iqbal/DSU/2020)
“Hari ini juga sekaligus disalurkan bantuan Program Peduli kasih untuk tiga orang yang lain. Elvi, 22 tahun, penderita polio sejak kecil. Ayah mbak Elvi buruh tani. Wahyu Utomo 3 tahun, penderita lumpuh layuh. Ibunda adik Wahyu meninggal waktu melahirkannya. Saat ini dia diasuh oleh neneknya. Dan yang terakhir Mbah Karni, fakir miskin yang tidak memiliki keturunan.

Kondisi ananda Wahyu Utomo yang mengalami lumpuh layu (Foto: Iqbal/DSU/2020)
Semoga seluruh donatur DSU mendapatkan balasan terbaik dari Allah SWT…” pungkas Umi Ratna.

Mbah Karni bersama tim DSU (Foto: Iqbal/DSU/2020)
Mari bersama dengan kami dalam bagian tugas mulia ini. Kita jangan lupa dengan orang-orang yang di sekitar kita. Mari bantu mereka, memanusiakan manusia, karena sedikit uluran tangan kita sangat berarti besar bagi mereka, berbuat baik untuk menyenangkan hati sesama manusia.
Jika sahabat-sahabat sekalian berkenan berpatisipasi dalam kegiatan sosial kami, silakan chat di nomor di bawah ini!

0 Comments