Oleh: Ratna Dwi Kartika*
Jika nasionalisme yang mereka maksud adalah keharusan bekerja serius untuk membebaskan tanah air dari penjajah, mengupayakan kemerdekannya, serta menanamkan makna kehormatan dan kebebasan dalam jiwa putra-putranya. Maka kami berada bersama mereka dalam hal itu…
Pemikiran seorang ulama besar Mesir ini, memberikan kesadaran penting bagi kita. Bahwa rasa cinta tanah air, yang diekspresikan dengan tindakan-tindakan yang benar, akan membawa sebuah bangsa menuju cita-citanya yang mulia.
Indonesia memiliki modal sejarah yang luar biasa, untuk dijadikan titik tolak pembangunan jati dirinya. Proses merebut kemerdekaan yang ditempuh dengan upaya berdarah-darah dari satu generasi ke generasi berikutnya. Serta spirit kemanusiaan universal yang dirancang oleh para founder bangsa ini, Pancasila dan tujuan bangsa yang termaktub dalam Pembukaan UUD 45, senantiasa dibutuhkan oleh umat manusia sepanjang waktu.
Pendidikan memiliki nilai strategis dalam upaya pewarisan nilai-nilai tersebut. Menjadi semakin strategis di era ini, karena efek globalisasi telah membawa anak-anak bangsa berada dalam kondisi gamang. Gamang menatap masa depan, dan sebagian merasa inferior di tengah persaingan dengan bangsa-bangsa lain.

Kegiatan kepramukaan di SMPIT Al Uswah Tuban (foto: Humas/2020
)Sudah waktunya sekolah menjadi ladang persemaian untuk menumbuhkan generasi pejuang yang akan membawa Indonesia menjadi kekuatan yang diperhitungkan di percaturan dunia. Berbagai gagasan di bawah ini mungkin bisa diterapkan :
Pertama, memperkaya metode pembelajaran sejarah bangsa. Menarik narasi sejarah bangsa masa silam, dengan kondisi kekinian. Dan meminta siswa untuk membangun opini berkaitan dengan peran diri pribadi bagaimana berkontribusi.
Kedua, menggenapi upacara bendera setiap hari Senin dengan upaya yang lain. Misalnya, menyisipkan doa untuk kebaikan NKRI setelah doa mau belajar dan doa mau pulang setiap harinya. Teori RMP, repetitive magic power, keajaiban kekuatan pengulangan. Satu hal yang terus diulang-ulang, akan melekat dalam alam bawah sadar manusia, dan membentuk perilaku dirinya.
Ketiga, memasukkan materi cinta tanah air secara periodik dalam kegiatan-kegiatan unggulan siswa melalui pernik-pernik budaya Indonesia.

Serta upaya-upaya lain yang bisa dikreasikan oleh sekolah.
Seperti apa Indonesia ke depan, sangat tergantung bagaimana kita membentuk mindset ke-Indonesia-an dalam diri anak-anak kita saat ini. Di jenjang manapun mereka sedang menempuh pendidikannya. Wallahu alam. *Penulis merupakan Direktur DSU Tuban.
0 Comments