0

Oleh: Fauzi Prayitno, M.A*

Pada suatu hari sahabat Umar bertemu dengan seorang sahabat yang lain bernama Hisyam. Saat itu sahabat Hisyam sedang membaca Al-Qur’an. Mendengar ada bacaan yang berbeda dari apa yang dibaca sahabat Hisyam, maka sahabat Umar bertanya. “Siapa yang mengajarkan surah (Al-Qur’an) yang Anda baca ini?” Umar bertanya kepada Hisyam. “Rasulullah,” jawab Hisyam.

Sahabat Umar terkejut dengan jawaban Hisyam, karena ia merasa, bahwa Rasulullah mengajarkannya bukan dengan bacaan seperti itu. Kemudian sahabat Umar mengatakan, “Apa yang diajarkan Rasulullah Saw. kepadaku berbeda dengan cara kamu membaca. ”

Maka sahabat Umar ingin membuktikan bahwa Hisyam bersalah. Sahabat Umar membawa sahabat Hisyam untuk menemui Rasulullah Saw. Setelah sampai di hadapan Rasulullah, Umar pun menyampaikan tentang perihal ini. Apa kata Rasulullah kepada Umar? Rasulullah SAW bersabda, “Umar, dengarkan kembali apa bacaan tersebut!.  “Bacalah, Hisyam! “. Perintah Rosulullah kepada sahabat Hisyam.

Dari sini Rasulullah menghendaki agar sahabat Umar untuk mempersiapakan diri mendengarkan kembali bacaan sahabat Hisyam dan menyuruh sahabat Hisyam untuk membaca kembali bacaan Al-Qur’an yang telah di dengarkan sahabat Umar sebelumnya.

Sementara Rasulullah menyuruh sahabat Hisyam untuk membaca Al-Qur’an agar sahabat Hisyam membuktikan bahwa dia tidak bersalah. Kemudian, sahabat Hisyam membaca Al-Qur’an menggunakan dialek yang berbeda dengan dialek sahabat Umar. Setelah mendengar bacaan Al-Qur’an sahabat Hisyam, maka Rasulullah Saw. bersabda, “Begitulah Al-Qur’an diwahyukan.” Artinya, benarlah apa yang dibacakan sahabat Hisyam.

Setelah tahu bacaan sahabat Hisyam benar, Rasulullah menyuruh sahabat Umar membacanya, takutnya dialek sahabat Umar lah yang salah. Lagi-lagi di sini Rasulullah tabayun.

Sekalipun sahabat Umar adalah sahabat yang terdekat dengan Rosulullah, beliau tak tetap mempersilakan membaca sebagai pembuktian kebenaran bacaan. Ia hanya taat kepada kebenaran, sekali lagi agar tidak timbul fitnah yang terjadi kemudian. Sebab, bisa jadi, hanya karena hal sepele, Islam menjadi rusak dan ukhuwah jadi terpecah belah.

Setelah memastikan bahwa bacaan sahabat Umar juga benar, Rasulullah SAW kemudian bersabda, “jelaslah sudah, demikian pulalah Al-Qur’an diwahyukan. Al-Qur’an diwahyukan untuk dibacakan dengan tujuh cara (qira’ah as-sab’ah), maka bacalah dengan cara yang mudah bagimu.”

Rasulullah menghendaki agar sahabat-sahabat sebagai binaan Beliau mau tabayyun (mencari informasi yang benar) atas berita atau kejadian yang menimpa saudaranya. Dengan tujuan agar terhindar bentuk-bentuk kedustaan di antara saudara yang kelak berpotensi menimbulkan masalah dalam ukhuwah berjama’ah.

Nabi  Shallallaahu ‘alaihi wa sallam menyebut orang yang seperti itu dengan sebutan pendusta dalam hadits.

كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ

Cukup seseorang itu dikatakan pendusta jika ia mudah menyebarkan setiap berita yang ia dengar. (HR: Muslim No. 4). *Kepala Divisi HRD Al Uswah Tuban


Like it? Share with your friends!

0

0 Comments

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Share this
Chat
Hallo Sahabat Al Uswah
Admin ChatAl Uswah CentreWhatsApp
Dsu Al UswahWhatsApp