Masa pandemi Covid 19 memang harus diakui telah banyak membuat perubahan, salah satunya perubahan besar terjadi di dunia pendidikan. Semula, bertatap muka secara langsung menjadi kewajaran antara guru dan murid untuk pembelajaran, kini interaksi tersebut harus dilakukan secara daring untuk mengantisipasi penularan lebih lanjut.
Rabu (5/8) hari pertama dimulai pembelajaran daring (dalam jaringan) di jenjang SMAIT Al Uswah Tuban setelah libur hari tasrik Dzulhijjah. Pembelajaran daring di momen seperti menjadi pilihan terbaik di dunia pendidikan.
Sistem pembelajaran daring yang sangat baru di dunia pendidikan Indonesia ini memang tak jarang menuai berbagai cerita, baik dari pihak guru, orangtua, dan murid.
Cerita pembelajaran daring memang bervariasi. Ada cerita lucu, unik, gemas, hingga berkesan. Sebab pembelajaran daring dirasa baru di pendidikan Indonesia. Ada kalanya terkendala sinyal, kuota, hingga komunikasi lepas.
Dalam kesempatan kali ini, sahabat akan kami sajikan salah satu cerita siswa SMAIT Al Uswah Tuban, Annisa Nuraini Romadhona. Ia sempat mengalami cerita unik ketika melangsungkan pembelajaran daring. Siswa kelas XI IPA ini menuturkan kendalanya ketika harus membagi waktu dan pikiran untuk pekerjaan rumah dan sekolah.
Cerita ini berawal saat Annisa, begitu sapaannya, harus mengurus pekerjaan rumah ketika kedua orangtuanya harus bekerja dan kakak sulungnya sedang mengunjungi keluarga di kampung halaman. Annisa mengurus semua pekerjaan rumah tangga, mulai dari mencuci baju dan piring, membersihkan rumah, sampai mengurus keperluan ketiga adiknya.
Anak kedua dari lima bersaudara ini menuturkan bahwa dia mempunyai adik bungsu yang masih duduk di kelas TK-B. Yang mana ketika kedua orangtua Annisa bekerja, dia harus mengurus keperluan adik bungsunya mulai dari mandi, makan, dan kegiatan lainnya.
Dari kesibukannya di rumah, Annisa mengaku sempat kesulitan membagi waktu dan pikirannya untuk rumah dan sekolah. Hal tersebut berdampak pada kualitas fokusnya untuk belajar daring. Bahkan, Annisa juga mengaku sempat terlambat lama ketika pelajaran Al-Qur’an karena harus mencuci baju semua anggota keluarganya.
Dia juga merasa sangat tidak fokus dan bingung karena mempunyai 2 kewajiban di waktu yang bersamaan. Belajar dari pengalaman tersebut, Annisa menceritakan bahwa dia telah membagi waktunya dengan baik dengan cara bangun lebih pagi untuk mengurus pekerjaan rumah terlebih dahulu.
Sehingga, kini Annisa sudah tidak mempunyai alasan lagi untuk terlambat mengikuti pelajaran daring. Annisa juga mengaku sudah bisa lebih fokus ke pembelajaran daring karena sudah terlatih membagi waktu dan pikirannya.
Berpendapat tentang sistem pembelajaran, Annisa lebih menyukai pembelajaran tatap muka langsung di sekolah daripada harus secara daring. Annisa berharap pandemi segera berakhir agar bisa beraktifitas selayaknya seperti dulu.
Dia juga berpesan kepada teman-temannya agar tetap semangat dan konsisten dalam menjalani pembelajaran daring karena ini adalah jalan terbaik untuk belajar di masa pandemi ini. (Ti/ed)
0 Comments