Balasan yang Didapat Ketika Merawat Ibu

Ibu adalah sosok orang tua yang paling wajib dihormati. Wajib dihormati dengan segala penuh kasih sayang. Orang tua yang merwat kita dengan belaian kasih abadi sepanjang zaman. Terlebih, jika ibu sudah memasuki usia tua, sebagai anak wajib merawat dengan penuh sayang.

Jasa seorang ibu tidak bisa dihitung, mulai dari melahirkan sampai membesarkan anaknya. Dalam Islam, jika salah seorang orang tua sudah lanjut usia, anak seharusnya merawatnya dengan baik. Allah berfirman dalam surat Al Isra ayat 23-24:

Merawat orang tua (khususnya ibu) yang sedang sakit menjadi bakti seorang anak terhadap orang tua yang sudah merawat dan membesarkan mereka. Tak sekadar itu saja, Allah SWT juga akan menjanjikan amalan surga bagi seorang anak yang dengan sabar dan ikhlas merawat orangtua yang sedang sakit.

Rasulullah pernah berpesan kepada Umar bin Khattab ra., “Akan datang padamu Uwais bin Amir bersama rombongan orang-orang Yaman dari kabilah Murad dari Qaran. Ia pernah mengidap kusta lalu sembuh dan meninggalkan bekas sebesar mata uang dirham.

Ia memiliki seorang ibu yang selalu ia rawat dan layani. Jika ia bersumpah atas nama Allah, maka akan dikabulkan sumpahnya itu. Oleh karenanya, jika kamu dapat meminta Uwais memohonkan ampunan untukmu, lakukanlah!”

Maka ketika Umar menjadi khalifah, setiap ada rombongan kafilah dari Yaman lewat, ia selalu bertanya adakah seseorang bernama Uwais ada di antara mereka. Hingga suatu hari, lelaki yang ditunggu itu muncul.

“Apakah betul kamu Uwais bin Amir?” tanya Umar.

“Betul,” jawab Uwais.

Khalifah Umar lalu menanyakan ciri-ciri yang ia dengar dari Rasulullah, dan lelaki tadi ternyata memiliki semuanya—persis seperti yang disampaikan oleh Rasulullah.

Khalifah Umar langsung meminta, “Mohonkanlah ampunan untukku.”

Uwais pun dengan senang hati mendoakan sang khalifah.

Lalu Khalifah Umar bertanya kembali, “Hendak pergi ke mana engkau Uwais?”

“Aku hendak pergi ke Kufah ya Amirul Mukminin,” jawab Uwais.

“Apakah aku perlu membuatkan surat khusus kepada pejabat Kufah terkait kedatanganmu?” Umar menawarkan.

Uwais dengan kerendahan hati menjawab, “Aku Iebih senang berada bersama rakyat biasa ya Amirul Mukminin.” (HR. Muslim no. 4613).

Sahabat Al Uswah yang berbahagia, itulah Uwais bin Amir yang lebih terkenal dengan nama Uwais Al-Qarni. Beliau adalah seorang tabi’in dengan kedudukan paling luhur, sesuai dengan sabda Rasulullah:

إِنَّ خَيْرَ التَّابِعِينَ رَجُلٌ يُقَالُ لَهُ أُوَيْسٌ وَلَهُ وَالِدَةٌ وَكَانَ بِهِ بَيَاضٌ فَمُرُوهُ فَلْيَسْتَغْفِرْ لَكُمْ

Sungguh sebaik-baik Tabi’in ialah seorang laki-laki yang dipanggil Uwais. Ia punya seorang ibu dan punya bekas kusta berwarna putih. Maka mintalah kepadanya untuk memohonkan ampun untuk kalian (HR. Muslim no. 2542).

Uwais lama tinggal di Yaman dan tak sempat berjumpa dengan Rasulullah hingga beliau wafat. Asbagh bin Zaid berkata bahwa alasan Uwais tidak bisa menemui Rasulullah di Madinah karena ia sibuk menjaga dan merawat ibunya di rumah.

Ulama hadis Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani menerangkan bahwa seorang sahabat adalah mereka yang berjumpa dengan Rasulullah dalam keadaan beriman kepadanya, dan meninggal dalam keadaan Islam. Oleh karena itu, meski hidup semasa dengan Rasulullah, Uwais hanya dapat dikategorikan sebagai seorang Tabi’in.

Uwais Al-Qarni merelakan kesempatan menjadi seorang sahabat Rasulullah karena harus merawat ibunya. Namun, justru karena baktinya itulah Uwais mendapatkan kehormatan dari Rasulullah sebagai tabi’in terbaik.

Bahkan Rasulullah menyarankan para sahabat untuk minta didoakan oleh Uwais jika bertemu dengannya. Dan yang didoakan oleh Uwais juga bukan sembarang sahabat, tetapi salah satu sahabat utama yang telah dijamin masuk surga, Umar bin Khattab ra.

Uwais mendapat maqom yang begitu tinggi dikarenakan (salah satunya) baktinya kepada orang tua. Dan kita semua tahu bahwa berbakti kepada orang tua, khususnya kepada ibu sangat ditekankan dalam Islam. Rasulullah bahkan menjelaskan bahwa berbuat baik kepada orang tua adalah wasiatnya Allah kepada umatnya.

إِنَّ اللَّهَ يُوصِيكُمْ بِأُمَّهَاتِكُمْ – ثَلاَثًا – إِنَّ اللَّهَ يُوصِيكُمْ بِآبَائِكُمْ إِنَّ اللَّهَ يُوصِيكُمْ بِالأَقْرَبِ فَالأَقْرَبِ

Sungguh Allah berwasiat tiga kali kepada kalian untuk berbuat baik kepada ibu kalian. Allah berwasiat untuk berbuat baik kepada ayah kalian. Allah berwasiat untuk berbuat baik kepada kerabat kalian yang paling dekat kemudian yang dekat (HR. Ibnu Majah 3661).

Semoga kita bisa meneladani Uwais dan terus berbakti kepada orang tua selagi masih ada kesempatan, atau menjadi anak saleh yang senantiasa mendoakan kebaikan mereka di dunia dan akhirat.

Referensi: Muhammad bin Ismail Al-Bukhari; Shahih Al-Bukhari, Muslim bin Hajjaj; Shahih Muslim, Ibnu Majah; Sunan Ibnu Majah, Ibnu Hajar Al-Asqalani; Al-Ishabah fi Tamyiz Ash-Shahabah, Fath Al-Bari.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top