0

Pemerintah telah resmi tidak memberangkatkan jemah haji Indonesia 1442 H/2021 M. Akibatnya, hal itu berimbas pada jadwal pemberangkatan jemaah calon haji (JCH) di sejumlah daerah. Di Kabupaten Tuban sendiri, daftar tunggu haji kini menjadi 34 tahun. Artinya jika daftar tahun 2021, tahun 2055 akan berangkat ke tanah suci dengan catatan tidak ada perubahan.

Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Tuban, Sahid, menjelaskan pembatalan itu diatur dalam Keputusan Menteri Agama (KMA) No 660 tanggal 3 Juni 2021, tentang Pembatalan Keberangkatan Jemaah Haji Tahun 2021.

“Seluruh calon jemaah haji se-Indonesia termasuk Kabupaten Tuban batal berangkat tahun ini,” Kata Sahid.

Berdasarkan data di Kantor Kemenag Tuban, hingga Jumat, (4/6/2021) hari ini, sebanyak 1.296 JCH asal Kabupaten Tuban yang telah siap berangkat dipastikan gagal ke tanah suci tahun ini. “Pendaftar haji di Tuban tercatat sekitar 41.000 orang,” ujarnya.

Bagi banyak orang di Indonesia, ibadah haji adalah impian mereka sejak lama. Menabung sedikit-sedikit untuk bisa berangkat ke tanah suci. Pasalnya, naik haji tidaklah mudah, butuh kesiapan fisik, mental, serta finansial.

Dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia, calon jamaah haji Indonesia harus menunggu cukup lama sejak mendaftar sampai gilirannya berangkat. Ada yang mengantri beberapa tahun, belasan tahun, sampai puluhan tahun sebelum naik haji. Apalagi masih dalam masa pandemi seperti ini. Ada penundaan berangkat ke Arab Saudi.

Ketika kita mampu (secara syarat dan ketentuan yang berlaku) untuk berangkat haji ke Baitullah, ya kita menunaikan. Jika belum bisa, ada alternatif yang bisa ditempuh. Semua tergantung kondisi masing-masinig individunya.

Ada hadits tentang waktu menunggu dan usaha yang diperlukan ini sebanding dengan ganjaran yang disampaikan Rasulullah Saw untuk haji mabrur. Beliau bersabda:

وَالْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلاَّ الْجَنَّةُ ‏

Tidak ada balasan untuk haji mabrur kecuali surga (HR. Bukhari no. 1773).

Lalu kita harus bagaimana? Dalam edisi kali ini, kami akan ulas amalan yang senilai ibadah haji untuk ayah dan bunda sekalian. Rasulullah mengajarkan amalan lain yang pahalanya bisa setara dengan pahala haji. Berikut amalan-amalannya:

Berbakti kepada kedua orang tua

Diriwayatkan oleh Imam Ibnu Hajar Al-Haitami, suatu hari seorang lelaki datang menemui Rasulullah.

“Aku mendambakan untuk berjihad, tapi tidak mampu,” ucap lelaki tadi.

Rasulullah bertanya, “Apakah salah satu orang tuamu masih hidup?”

“Ibuku,” jawab lelaki tadi.

Lalu Rasulullah bersabda:

فأسأَلِ اللهَ في بِرِّها، فإذا فعَلْتَ فأنت حاجٌّ مُعْتَمِرٌ

Mintalah kepada Allah dengan berbakti kepada ibumu, jika engkau melakukannya (berbakti kepada orang tua), maka kamu seperti seorang yang haji dan umrah (lihat Az-Zawajir ‘an Iqtiraf Al-Kabair 2/74).

Berjamaah lima waktu di masjid/musala

Tidak banyak orang yang bisa istikamah berjamaah di masjid/musala. Padahal pahala shalat berjamaah serupa dengan pahala ibadah haji.

Rasulullah bersabda:

مَنْ خَرَجَ مِنْ بَيْتِهِ مُتَطَهِّرًا إِلَى صَلاَةٍ مَكْتُوبَةٍ فَأَجْرُهُ كَأَجْرِ الْحَاجِّ الْمُحْرِمِ

Siapa yang keluar dari rumahnya dalam keadaan suci untuk menunaikan shalat wajib (berjamaah di masjid), maka pahalanya seperti orang yang pergi haji (HR. Abu Dawud no. 558).

Berzikir bakda jamaah Subuh hingga waktu Dhuha

Salah satu kewajiban kita sebagai umat Islam adalah mendirikan shalat lima waktu. Meski begitu, ada yang merasa berat mendirikan shalat padahal punya cukup waktu. Shalat Subuh mungkin adalah shalat yang paling berat untuk dijalani.

Rasulullah bersabda:

لَيْسَ صَلاَةٌ أَثْقَلَ عَلَى الْمُنَافِقِينَ مِنَ الْفَجْرِ وَالْعِشَاءِ

Tidak ada shalat yang paling berat bagi orang munafik kecuali Subuh dan Isya (HR. Bukhari no. 657).

Oleh karena itu, Rasulullah menjanjikan pahala besar bagi muslim yang shalat Subuh berjamaah lalu berzikir setelahnya sampai waktu dhuha. Beliau bersabda:

مَنْ صَلَّى الْفَجْرَ فِي جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ

Siapa yang shalat Subuh berjamaah lalu duduk berzikir kepada Allah sampai terbit matahari, lalu shalat dua rakaat (dhuha), maka baginya seperti pahala haji dan umrah (HR. Tirmidzi no. 971; Imam Tirmidzi menilai hadis ini hasan gharib).

Rutin mengikuti majelis ilmu di masjid/musala

Jika masjid/musala di dekat rumah kita mengadakan pengajian rutin, maka jangan ragu untuk menghadirinya. Sebab keutamaan belajar atau mengajar ilmu di masjid sebanding dengan pahala haji.

Rasulullah bersabda:

مَنْ غَدَا أَوْ رَاحَ إِلَى الْمَسْجِدِ لاَ يُرِيدُ غَيْرَهُ لِيَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ لِيُعَلِّمَهُ ثُمَّ رَجَعَ إِلَى بَيْتِهِ كَانَ كَالْمُجَاهِدِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ رَجَعَ غَانِمًا

Siapa yang pergi ke masjid tanpa niat ke tempat lain untuk belajar atau mengajarkan kebaikan, lalu ia pulang ke rumahnya, maka ia seperti mujahid di jalan Allah yang pulang dengan rampasan perang (HR. Malik no. 56).

Adapun pahala haji sendiri setara dengan jihad di jalan Allah. Sayyidah Aisyah ra. pernah bertanya kepada Rasulullah tentang alasan perempuan tidak diperintahkan berjihad, padahal itu adalah amal yang amat baik. Lalu beliau bersabda:

لَكِنَّ أَفْضَلَ الْجِهَادِ حَجٌّ مَبْرُورٌ

Jihad terbaik adalah haji yang mabrur (HR. Bukhari no. 2784). (bersambung)


Like it? Share with your friends!

0

0 Comments

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Share this
Chat
Hallo Sahabat Al Uswah
Admin ChatAl Uswah CentreWhatsApp
Dsu Al UswahWhatsApp