Sahabat Al Uswah yang baik hati, sebelumnya kami sajikan ulasan tentang empat hal ibadah yang senilai haji. Di artikel sebelumnya, kami berikan keterangan bersambung dan dalam edisi ini kami berikan lengkapnya. Kami lanjutkan pembahasan untuk bisa sahabat baca dengan seksama!
Nah, seperti apa kelanjutannya? Langsung saja kita simak bersama!
Membaca tasbih, tahmid, dan takbir setelah shalat
Abu Hurairah ra. meriwayatkan bahwa beberapa sahabat yang fakir datang kepada Rasulullah untuk mengadukan sesuatu.
“Para orang kaya punya derajat yang lebih tinggi (dari pada kami), mereka shalat seperti halnya kami shalat, mereka juga puasa seperti kami. Namun, mereka punya kelebihan berupa harta yang digunakan untuk berhaji, berumrah, berjihad, dan bersedekah,” kata para sahabat yang fakir itu.
Lantas Rasulullah memberikan solusi berupa amalan yang bisa mereka lakukan untuk mengejar ketertinggalan para sahabat yang kaya. Beliau bersabda:
وَكُنْتُمْ خَيْرَ مَنْ أَنْتُمْ بَيْنَ ظَهْرَانَيْهِ، إِلاَّ مَنْ عَمِلَ مِثْلَهُ، تُسَبِّحُونَ وَتَحْمَدُونَ، وَتُكَبِّرُونَ خَلْفَ كُلِّ صَلاَةٍ ثَلاَثًا وَثَلاَثِينَ
(Jika kalian melakukan amalan ini) maka kalian akan menjadi lebih baik dari orang-orang di sekitar kalian, kecuali yang melakukan hal yang sama. Ucapkanlah Subhanallah, Alhamdulillah, dan Allahu Akbar setiap selesai shalat (fardhu) sebanyak 33 kali (HR. Bukhari no. 843).
Dengan kata lain, zikir berupa tasbih, tahmid, dan tahlil setelah shalat adalah amalan yang pahalanya bisa mengimbangi ibadah-ibadah yang membutuhkan harta seperti haji, umrah, jihad, sedekah, atau zakat.
Sahabat bisa melakukan secara rutin, ya..
Menyempurnakan wudhu dan shalat sunnah dua rakaat
Allah menjanjikan surga bagi seorang haji yang mabrur. Selain itu, ada amalan lain yang sebanding dengan pahala haji, yaitu berwudhu dengan sempurna lalu melaksanakan shalat sunnah dua rakaat.
Rasulullah bersabda:
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَتَوَضَّأُ فَيُحْسِنُ وُضُوءَهُ ثُمَّ يَقُومُ فَيُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ مُقْبِلٌ عَلَيْهِمَا بِقَلْبِهِ وَوَجْهِهِ إِلاَّ وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةُ
Jika seorang muslim berwudhu dengan baik, kemudian berdiri dan shalat (sunnah) dua rakaat dengan hati dan wajahnya, dijamin surga baginya (HR. Muslim no. 234).
Dalam konteks shalat sunnah setara pahala haji, maka shalat Dhuha adalah adalah salah satu amalan yang pahalanya senilai dengan haji dan umrah.
Rasulullah bersabda:
مَن صلَّى صلاةَ الغَداةِ في جماعةٍ ثمَّ جلَس يذكُرُ اللهَ حتَّى تطلُعَ الشَّمسُ ثمَّ قام فصلَّى ركعتين انقَلَب بأجرِ حَجَّةٍ وعُمْرةٍ
Barang siapa yang melaksanakan shalat Subuh kemudian berdiam di masjid berzikir kepada Allah sampai matahari terbit, lalu melaksanakan shalat dua rakaat maka akan diganti dengan pahala haji dan umrah (HR. Thabrani no. 7741; Imam Al-Munziri menilai sanad hadis ini jayyid).
Shalat Dhuha di awal waktu disebut juga dengan shalat Isyraq. Mendirikan shalat Subuh berjamaah di masjid, lalu berzikir hingga masuk waktu dhuha dan melanjutkannya dengan shalat Isyraq dua rakaat bernilai pahala seperti haji dan umrah yang sempurna.
Bagaimana, apa sudah sering shalat Dhuha, sahabat? Yuk, istikamah!
Umrah di bulan suci Ramadan
Ibadah umrah menjadi pilihan yang lebih murah dari haji, karena durasi umrah yang lebih singkat dan bisa dilakukan kapan saja. Tentu saja pahala umrah yang merupakan ibadah sunnah berbeda dari pahala haji yang merupakan ibadah wajib. Namun, ada satu waktu yang menjadikan pahala umrah bisa setara dengan pahala haji, yaitu bulan Ramadan.
Ibnu Abbas ra. pernah meriwayatkan, Rasulullah bertanya kepada seorang perempuan Ansar tentang alasannya tidak ikut berhaji bersama para sahabat yang lain.
Perempuan itu menjelaskan bahwa keluarga mereka hanya punya dua unta. Seekor unta digunakan oleh suami dan anaknya, seekor lagi ditinggalkan di rumah untuk irigasi.
Maka Rasulullah bersabda:
فَإِذَا كَانَ رَمَضَانُ اعْتَمِرِي فِيهِ فَإِنَّ عُمْرَةً فِي رَمَضَانَ حَجَّةٌ
Umrahlah ketika bulan Ramadan, karena sesungguhnya umrah di bulan Ramadan sebanding dengan haji (HR. Bukhari no. 1782).
Dalam riwayat lain Rasulullah bersabda:
فَإِنَّ عُمْرَةً فِي رَمَضَانَ تَقْضِي حَجَّةً مَعِي
Sesungguhnya umrah di bulan Ramadan sepadan dengan haji bersamaku (HR. Bukhari no. 1863).
Namun demikian, seperti yang disampaikan oleh guru Imam Bukhari, Imam Ishaq bin Rahawaih, umrah di bulan Ramadan tidak bisa menggugurkan kewajiban haji bagi seorang muslim, meskipun pahalanya sebanding dengan haji.
Berniat menunaikan ibadah haji dengan tulus dan benar
Allah tidak hanya menghitung amal perbuatan manusia, tapi juga niat dalam hati hamba-Nya. Rasulullah ﷺ pernah bersabda bahwa di dunia ini ada empat golongan manusia:
Pertama, hamba yang diberikan rezeki oleh Allah berupa harta dan ilmu lalu dia gunakan untuk bertakwa kepada Allah, menyambung silaturahmi, dan mengetahui bahwa kebenaran hanya milik Allah. Ini adalah tingkatan paling luhur.
Kedua, hamba yang dikaruniai ilmu tetapi tidak dikarunia harta, dan dia punya niat yang benar. Dia berkata, “Seandainya aku punya harta, maka aku akan melakukan (amal-amal baik) seperti apa yang dilakukan Fulan (dengan hartanya).” Dengan niatnya yang tulus dan benar itu, Rasulullah bersabda:
فَأَجْرُهُمَا سَوَاءٌ
Maka pahala mereka berdua sama.
Ketiga, hamba yang Allah berikan harta tetapi tidak dikaruniai ilmu, lalu ia menghabiskan hartanya tanpa ilmu dan tidak bertakwa kepada Allah, atau menyambung tali silaturahmi, atau mengetahui bahwa kebenaran hanya milik Allah, maka ini adalah tingkatan paling rendah.
Keempat, hamba yang tidak dikaruniai rezeki dan ilmu, lalu dia berkata, “Seandainya aku punya harta, maka aku akan melakukan apa yang dilakukan Fulan.” Dengan niat yang seperti itu, maka dosa mereka berdua sama (lihat HR. Tirmidzi no. 2325).
Jika kita belum punya rezeki yang cukup untuk naik haji, dengan niat yang benar untuk beribadah ke baitullah dan menyempurnakan rukun Islam, insyaallah niat tersebut bernilai ibadah.
Para Sahabat dan Tabi’in juga menyarankan beberapa amalan yang setara pahalanya dengan ibadah haji. Di antaranya adalah riwayat dari Mikhnaf bin Sulaim ra., dia berkata, “Pergi untuk melaksanakan shalat Idul Fitri sama dengan umrah, dan pergi untuk melaksanakan shalat Idul Adha sama nilainya dengan haji.”
Sahabat Al Uswah, ibadah haji wajib dilaksanakan bagi mereka yang mampu, baik secara fisik, mental, maupun finansial. Oleh karena itu, tidak semua orang bisa pergi haji, tetapi hanya sebagian yang dipanggil oleh Allah untuk menjadi tamu-Nya.
Rasulullah bersabda:
الْغَازِي فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالْحَاجُّ وَالْمُعْتَمِرُ وَفْدُ اللَّهِ دَعَاهُمْ فَأَجَابُوهُ وَسَأَلُوهُ فَأَعْطَاهُمْ
Orang yang berperang di jalan Allah, yang berhaji, dan yang berumrah adalah tamu Allah. Allah memanggil mereka dan mereka menjawab panggilan-Nya. Maka saat mereka meminta, Allah memberikan kepada mereka (yang mereka pinta) (HR. Ibnu Majah no. 2893).
Sembari menunggu kesempatan untuk dipanggil itu datang, kita bisa mengamalkan ibadah lain, seperti amalan-amalan sebelumnya. Semoga Allah memberi kita pahala dan keutamaan ibadah haji lewat amal perbuatan kita di rumah, dan semoga Allah mengizinkan kita untuk pergi haji ke Rumah-Nya nanti.
Rujukan/Referensi: Muhammad bin Ismail Al-Bukhari; Shahih Al-Bukhari, Abu ‘Isa At-Tirmidzi; Misykah Al-Mashabih, Abu Dawud Sulaiman bin Al-Asy’ats As-Sijistani; Sunan Abi Dawud, Ibnu Hajar Al-Haitami; Az-Zawajir ‘an Iqtiraf Al-Kabair. Ibnu Rajab Al-Hanbali Ad-Dimasyqi, Latha’if Al-Ma’arif
- Like
- Digg
- Del
- Tumblr
- VKontakte
- Flattr
- Buffer
- Love This
- Odnoklassniki
- ManageWP.org
- Meneame
- Blogger
- Amazon
- Yahoo Mail
- Gmail
- AOL
- Newsvine
- HackerNews
- Evernote
- MySpace
- Mail.ru
- Viadeo
- Line
- Comments
- Yummly
- SMS
- Viber
- Telegram
- Subscribe
- Skype
- Facebook Messenger
- Kakao
- LiveJournal
- Yammer
- Edgar
- Fintel
- Mix
- Instapaper
- Copy Link
0 Comments