Oleh: Fauzi Prayitno, M.A*
Rasulullah SAW bersabda, “Orang yang paling dicintai olehAllah ‘Azza wa jalla adalah yang paling banyak memberi manfaat kepada orang lain. Amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah kesenangan yang diberikan kepada sesama muslim, menghilangkan kesusahannya, membayarkan hutangnya, atau menghilangkan rasa laparnya. Sungguh, aku berjalan bersama salah seorang saudaraku untuk menunaikan keperluannya lebih aku sukai daripada beri’tikaf di masjid ini (Masjid Nabawi) sebulan lamanya. Barang siapa berjalan bersama salah seorang saudaranya dalam rangka memenuhi kebutuhannya sampai selesai, maka Alloh akan meneguhkan tapak kakinya pada hari ketika semua tapak kaki tergelincir. Sesungguhnya akhlak yang buruk akan merusak amal sebagaimana cuka yang merusak madu.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Abid-Dunya dengan Sanad Hasan).
Mari terus belajar dari para sahabat Rasulullah
Para sahabat Rasulullah SAW telah berhasil membuat kita terpana dengan baiknya akhlak mereka. Mereka yang pernah bertatap muka dan ditarbiyah langsung oleh Rasulullah Muhammad SAW dengan sangat mengagumkan mampu mempraktekkan sikap peduli dan akhlak baik lainnya yang telah lebih dahulu dicontohkan oleh Rasulullah SAW dalam kehidupan sehari-hari.
Kemuliaan mereka bahkan diakui lewat sabda Nabi, “Sebaik-baik manusia adalah yang ada pada zamanku (sahabat) , kemudian setelah mereka (Tabi’in), kemudian setelah mereka (Tabi’ut tabi’in)” (HR. Bukhari).
Tentang kepeduliannya kepada kaum dhuafa ini, disebutkan, pada suatu hari Ali bin Abi Thalib bersama istrinya, Fatimah, sedang kekurangan makanan. Lalu ia minta tolong kepada seorang Yahudi agar diberi benang sutra, untuk ditenun menjadi kain oleh istrinya.
Maksudnya, supaya ia mendapat upah. Demikianlah Ali sekeluarga kemudian mampu membeli beberapa mangkuk gandum. Gandum kemudian ditumbuk oleh Fatimah, untuk dibuat roti. Namun begitu roti siap, terdengar ketukan di pintu rumah mereka.
Setelah pintu dibuka, tampak seorang lelaki berada di depan pintu. ”Assalamualaikum. Saya adalah seorang miskin. Berilah saya makanan karena Allah.” Ali lalu memberinya beberapa potong roti.
Tak lama setelah lelaki itu pergi, datang seorang anak yatim, yang juga meminta makanan. Si yatim pergi, datang orang ketiga, yaitu seorang budak tawanan perang. Ia juga meminta makanan. Roti yang tinggal tak seberapa itu pun diulurkan Ali kepada budak itu.
Habislah makanan Ali. Tak ada lagi yang tersisa untuk makanan diri dan keluarganya. Terpaksalah Ali sekeluarga hanya minum air putih. Namun mengingat kedua anaknya, Hasan dan Husain, begitu lapar, karena hanya minum air, Ali pun pergi ke rumah Nabi Muhammad, untuk menyampaikan ihwal kedua cucu Nabi SAW itu.
Oleh Rasulullah SAW, Ali kemudian diberi sebuah keranjang. Rasul SAW juga memerintahkannya pergi ke sebuah pohon kurma tak jauh dari rumah beliau.
Ali menuju ke pohon kurma yang ditunjuk, dan memetik kurma yang sudah matang itu. Setiba di rumah, seluruh anggota keluarga makan bersama, hingga kenyang. Ini contoh betapa indah setia kawan di antara sesama muslim.
Mereka rela melepas benda (makanan) yang mereka sendiri sangat membutuhkan, namun mengingat ada yang lebih memerlukan dan harus ditolong, mereka dahulukan kepentingan orang lain itu.
Semoga dalam segala kejadian dan peristiwa menuntun kita untuk meneladani Rosululloh dan para Sahabat dalam kepeduliannya terhadap keadaan sesama. Dengan meneladani dan mengamalkan sunnah Rosululloh besar harapan kita untuk diakui sebagai umat Rosululloh dan mendapatkan syafa’at Beliau di akhirat kelak. *Ka. Divisi HRD Al Uswah Tuban
0 Comments