Manusia di muka bumi ini (pasti) diuji dengan beraneka macam ujian silih berganti. Terkandung kadar keimanannya, makin tinggi derajat keimananya, makin besar pula ujian yang diterima. Ada yang diuji dengan ilmu, harta, jabatan, penyakit, bencana, kemiskinan dan lain-lain.
Sesungguhnya di balik musibah itu terdapat hikmah dan pelajaran yang banyak bagi mereka yang bersabar dan menyerahkan semuanya kepada Allah yang telah mentakdirkan itu semua untuk hamba-Nya, diantara hikmah yang bisa dipetik yaitu :
Musibah mendidik jiwa dan menyucikan dosa
Allah Ta’ala Berfirman :
وَما أَصابَكُمْ مِنْ مُصيبَةٍ فَبِما كَسَبَتْ أَيْديكُمْ وَ يَعْفُوا عَنْ كَثيرٍ
Artinya : “Apa saja musibah yang menimpa kamu maka disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (Qs, asy Syura: 30)
Dalam ayat ini, terdapat kabar gembira sekaligus ancaman jika mengetahui bahwa musibah yang dialami adalah merupakan hukuman atas dosa yang diperbuat manusia.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallaahu anhu bahwa Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda : ”Tidak ada penyakit, kesedihan dan bahaya yang menimpa seorang mukmin hinggga duri yang menusuknya melain-kan Allah akan mengampuni kesalahan-kesalahannya dengan semua itu.” (HR. Bukhari).
Rasulullah bersabda, “Sabar itu ketika pertama kali mendapatkan musibah.” Hadis ini diriwayatkan oleh imam Al-Bazzar dan imam Abu Ya’la dari sahabat Abu Hurairah r.a. imam An-Nawawi menjelaskan bahwa kesabaran sempurna yang terdapat pahala yang melimpah darinya adalah kesabaran ketika pertama kali mendapatkan musibah. Hal ini disebabkan karena betapa beratnya menerima hal itu.
Mendapatkan kebahagiaan (pahala) di akhirat
Merupakan balasan dari musibah yang diderita oleh seorang hamba sewaktu di dunia, sebab kegetiran hidup yang dirasakan seorang hamba ketika di dunia akan berubah menjadi kenikmatan di akhirat dan sebaliknya.
Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa (seseorang) kecuali denga izin Allâh; barang siapa yang beriman kepada Allâh, niscaya Dia akan memberi petunjuk ke (dalam) hatinya. Dan Allâh Maha Mengetahui segala sesuatu. (Qs at-Taghâbun/64:11)
Dalam hadits lain disebutkan, ”Kematian adalah hiburan bagi orang beriman.” (HR .Ibnu Abi ad Dunya dengan sanad hasan).
Sebagai parameter kesabaran seorang hamba
Sebagaimana dituturkan bahwa seandainya tidak ada ujian maka tidak akan tampak keutamaan sabar. Apabila ada kesabaran maka akan muncul segala macam kebaikan yang menyertainya, namun jika tidak ada kesabaran maka akan lenyap pula kebaikan.
Allâh Ta’ala berfirman: Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya), dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan (Qs al-Anbiyâ’/21:35)
Imam Ibnu Katsîr rahimahullâh berkata: “(Makna ayat ini) yaitu: Kami menguji kamu (wahai manusia), terkadang dengan bencana dan terkadang dengan kesenangan, agar Kami melihat siapa yang bersyukur dan siapa yang ingkar, serta siapa yang bersabar dan siapa yang berputus asa”.
Apabila seorang hamba bersabar dan imannya tetap tegar maka akan ditulis namanya dalam daftar orang-orang yang sabar. Apabila kesabaran itu memunculkan sikap ridha maka ia akan ditulis dalam daftar orang-orang yang ridha.
Dan jika munculkan pujian dan syukur kepada Allah maka dia akan ditulis namanya bersama-sama orang yang bersyukur. Jika Allah mengkaruniai sikap sabar dan syukur kepada seorang hamba maka setiap ketetapan Allah yang berlaku padanya akan menjadi baik semuanya.
Rasulullah bersabda, “Tidak ada seorang hamba yang meneguk satu tegukan (menerima musibah) yang lebih utama di sisi Allah dari pada satu tegukan yang berat yang ditahan untuk mencari ridha Allah ta’ala.” Hadis ini diriwayatkan oleh imam Ahmad dan imam At-Thabarani dari sahabat Ibnu ‘Umar r.a.
Memurnikan tauhid dan menguatkan hati
Wahab bin Munabbih mengatakan, “Allah menurunkan cobaan supaya hambanya memanjatkan do’a dengan sebab bala’ tersebut.”
Allah Ta’ala Berfirman :
وَإِذَآ أَنْعَمْنَا عَلَى اْلإِنسَانِ أَعْرَضَ وَنَئَا بِجَانِبِهِ وَإِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ فَذُو دُعَآءٍ عَرِيضٍ
Artinya : “Dan apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia, ia berpaling dan menjauhkan diri; tetapi apabila ia ditimpa malapetaka maka ia banyak berdo’a.” (Qs, Fust Shilat : 51)
Musibah dapat menyebabkan seorang hamba berdoa dengan sungguh-sungguh, tawakkal dan ikhlas dalam memohon. Dengan kembali kepada Allah seorang hamba akan merasakan manisnya iman, yang lebih nikmat dari lenyapnya penyakit yang diderita.
Apabila seseorang ditimpa musibah baik berupa kefakiran, maka hendaknya hanya berdo’a dan memohon pertolongan kepada Allah saja sebagiamana dilakukan oleh Nabi Ayyub ‘Alaihis Salam dengan berdoa,
وَأَيُّوبَ إِذْ نَادَى رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ
Artinya : “Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Rabbnya, ”(Ya Rabbku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang”. (Qs. Al Anbiyaa : 83)
Mendekatkan diri kepada Allah
Di antara ibadah yang muncul adalah ibadah hati berupa khasyyah (rasa takut) kepada Allah. Berapa banyak musibah yang menyebabkan seorang hamba menjadi istiqamah dalam agamanya, berlari mendekat kepada Allah menjauhkan diri dari kesesatan.
Marilah kembali kepada Allah dengan bertaubat dari segala dosa dan khilaf serta menginstropeksi diri, apakah termasuk orang yang terkena musibah sebagai cobaan dan ujian keimanan ataukah termasuk wal’iyadzubillah yang sedang disiksa dan dimurkai oleh Allah karena tidak mau beribadah banyak melanggar larangan-Nya. wallahualam bissawab.*Diolah dari berbagai sumber
- Like
- Digg
- Del
- Tumblr
- VKontakte
- Flattr
- Buffer
- Love This
- Odnoklassniki
- ManageWP.org
- Meneame
- Blogger
- Amazon
- Yahoo Mail
- Gmail
- AOL
- Newsvine
- HackerNews
- Evernote
- MySpace
- Mail.ru
- Viadeo
- Line
- Comments
- Yummly
- SMS
- Viber
- Telegram
- Subscribe
- Skype
- Facebook Messenger
- Kakao
- LiveJournal
- Yammer
- Edgar
- Fintel
- Mix
- Instapaper
- Copy Link
0 Comments