Dalam filosofi jawa pun diterangkan makna kepemimpinan. Orang-orang dahulu begitu memegang teguh ajaran jawa. Bahkan masih cukup banyak ajaran itu digunakan hingga sekarang. Kita pun bisa mempelajari sebagia tambahan literasi wawasan. Sebagai kekayaan khazanah kita.
Dalam buku yang ditulis oleh Pardi Suratno berjudul “Sang Pemimpin”. Dari keempat ajaran tersebut, Hasta Brata merupakan yang (relatif) paling lengkap dan sang kiat ideal sehingga menarik untuk dikaji menggunakan pendekatan konteks kekinian (kontemporer).
Mengenai hal itu, terdapat Konsep Hasthabrata muncul dalam cerita pewayangan Jawa dengan lakon ‘I wahyu Makutharama’ yang mengisahkan tentang pemberian fatwa seorang Pandita bernama Wiswamitra yang ditujukan kepada Sri Rama yang akan dinobatkan menjadi raja menggantikan ayahandanya.
Lau apa saja sifat unggul pemimpin sejati? Berikut penjelasaanya:
1. Surya (matahari) Sifat menerangi yang dimiliki oleh matahari dalam bahasa jawa dimaknai sebagai ‘gawe pepadang marang ruwet rentenging liyan’ yang berarti harus mampu membantu mengatasi kesulitan atau memecahkan masalah yang dihadapi umatnya.
2. Bawana (bumi) Bumi diibaratkan sebagai ibu pertiwi. Sebagai ibu pertiwi, bumi memiliki peran sebagai ibu, memiliki sifat keibuan, harus memelihara, ngemong, dan pengayom bagi makhluk yang hidup di bumi. Bukti nyatanya, pemimpin harus mampu mengayomi dan melindungi rakyatnya.
3. Candra (bulan) Bagi pemimpin, memperlakukan anak buahnya harus dilandasi oleh aspek-aspek sosio-emosional. Pemimpin selayaknya memperhatikan harkat dan mertabat pengikutnya sebagai sesama. Dalam konsep Jawa hal ini disebut ‘nguwongke’.
4. Kartika (bintang) Bintang bisa melambangkan dambaan cita-cita, tumpuan harapan, sumber inspirasi. Seorang pemimpin sepatutnya memiliki cita-cita yang tinggi, berpandangan jauh kedepan, pemberi arah, sumber inspirasi, dan tumpuan harapan bagi rakyatnya.
5. Tirta (air) Pemimpin dituntut mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan siapapun termasuk pengikutnya. Air selalu mengalir ke bawah. Mengartikan pemimpin harus memperhatikan potensi, kebutuhan dan kepentingan pengikutnya, bukan mengikuti kebutuhan golongan tertentu. Yang dapat merugikan rakyatnya.
6. Maruta (angin) Secara alami angin memiliki sifat menyejukkan, angin membuat segar bagi orang yang kepanasan. Angin sifatnya sangat lembut. Seorang pemimpin harus bisa membuat suasana kepemimpinan sejuk, harmonis, dan menyegarkan.
7. Dahana (api) Secara alami, sifat api memiliki panas, dan dapat membakar. Seorang pemimpim memiliki sifat pembakar semangat, pengobar semangat, dan memiliki peran sebagai motivator dan inovator bagi para pengikutnya. Bukan membakar rakyat miskin.
8. Samodra (samudra) Pemimpin harus memiliki wawasan yang luas dan berkompeten. Seluas dan sedalam samudra. Samudra juga bersifat menampung seluruh air dan benda-benda yang mengalir kearah laut. Pemimpin harus memiliki sifat menampung semua kebutuhan, kepentingan, dan isi hati dari pengikutnya, serta pemimpin harus bersifat aspiratif.
Dalam teori yang lain, beberapa filsafat yang banyak dipakai, agar setiap pemimpin (Khususnya dari Jawa) memiliki sikap yang tenang dan wibawa agar masyarakatnya dapat hidup tenang dalam menjalankan aktifitasnya seperti falsafah: Ojo gumunan, ojo kagetan lan ojo dumeh.
Allah telah menganugerahi akal kepada kita untuk berfikir. Banyak ilmu yang kita pelajari. Terutama kepemimpinan. Bisa kita pilih mana yang sesuai dengan kebutuhan.
Diantaranya Teori alam dan filsafat Jawa. Tentu ini hanya sebagian. Masih banyak hal yang lain, yang belum kita ungkap. Semoga selalu bisa mendekatkan diri kepada Allah.
Dalam Al-Qur’an surat An Naml ayat 89-90. Allah berfirman yang artinya “Dan siapapun yang membawa kebaikan, kelak orang itu memperoleh yang lebih baik dibanding perbuatannya serta mereka itulah akan memperoleh kedamaian terhadap keonaran yang dahsyat pada hari itu, sedangkan siapapun yang membawa kejahatan, kelak muka mereka dicampakkan ke dalam Neraka, kalian tiada dibalas, melainkan sebagaimana yang dahulu kalian kerjakan”. (Qs. An-Naml: 89-90).
0 Comments