“Barangsiapa merintis jalan mencari ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga.” (HR. Muslim)
Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Perintah ini tak lagi bisa ditawar, merupakan fardlu ain yang bersifat individual. Bagi siapa pun yang telah niat dengan sungguh-sungguh menuntut ilmu untuk meraih rihaNya. Allah melipahkan kemuliaan di dunia dan akhirat. Dalam islam secara tegas dituliskan bahwa manusia disuruh belajar tentang sesuatu yang bermanfaat bagi sesama. Tidak belajar ilmu yang justru mencelakakan dirinya sendiri dan orang lain.
Ketika ada seorang –Fulan– yang diminta untuk menjadi pemateri management administrasi oleh organisasi atau sekelompak mahasiswa, ketika itu Fulan terkejut campur heran. Dalam batin dia; apa gak salah sekaliber mahasiswa mengundang saya? Emang apa sih istimewanya saya? Hati ini terus memantik naluri buat berfikir, berotak-atik, setelah menerima undangan resmi dari organisasi tersebut.
Setelah Fulan konfirmasi ke panitianya, ternyata benar menjadi pematerinya. Ah, suatu yang baru bagi Fulan. Sempet ragu mau hadir dalam acara bergengsi di tingkat mahasiswa tersebut. Bermodal nekad dan kemauan yang masih kembang kempis. Si Fulan “mendaftarkan” diri menjadi seolah sarjana muda yang belajar ke-administrasian.
Fulan pun belajar teknik dasar hingga bagian detail tentang administrasi ke-organisasian sesuai permintaan dari mereka. Seolah Fulan belajar di titik yang belum pernah ia alami. Fulan terus mencoba memahaminya. Meskpun dalam waktu yang relatif singkat. Berkat izin dari Allah, Fulan pun menguasai ilmu tersebut. Dan, Fulan siap untuk perform di hadapan mahasiswa kece di bumi Ronggolawe Tuban.
Sejatinya ilmu ini tak menjadi passion Fulan yang notabene sebagai lulusan Sains. Yang tiap praktek dan kajiannya meneliti tentang bakteri, amoeba, tingkah laku hewan, dan fisiologi tumbuhan. Berteman dengan cawan petri, mikroskop, gunting, dan pisau dalam setiap menyelesaikan tugas laporannya. Namun, waktu dan kesempatan telah mengantarkanku di momen yang berbeda. Berdiri menyajikan power point dengan isisurat-menyurat.
Ketika Fulan menyampaikan materi yang ‘baru’ saja ter-taarufi. Tak disangka, Fulan mendapatkan apresiasi yang cukup lumayan dari hadirin. Komunikatif antara Fulan dan audien berjalan harmonis. Saling lempar tanya-jawab begitu cair. Fulan pun menikmati momen ini sebagai anugerah yang luar biasa. Inilah indahnya berbagi ilmu. Berbagi kebagiaan yang telah kita lakukan kepada sesama. Kita bisa alif. Ajarkan alif. Niscaya keberkahan ilmu kita senantiasa bertambah menuai kebahagiaan.
Semenjak itu, tak jarang Fulan mendapatkan kesempatan untuk menjadi pemateri di suatu tempat yang lain. Tempat dimana Fulan belum pernah duga sebelumnya. Hingga Fulan pernah menjadi juara dalam menulis di Institusi Kepolisian Republik Indonesia. Pencapaian dari titik yang Fulan rintis dari berbagi ilmu. Maha Besar Allah dengan skenario indahnya.
**
Keberkahan akan selalu mengikuti kita di saat hidup dan ilmu kita dinasbihkan kepada sesama. Ibarat kita telah sedekah ilmu kepada mereka. Yang dimaksud dengan barakah adalah berkembang dan bertambahnya kebaikan dan kemuliaan. Semakin kita sebar, semakin bertambah (dalam konteks berkurangnya jumlah). Beda dengan harta, yang kita tebar akan semakin berkurang. Seperti ungkapan orang bijak: menjaga kekayaan Anda, sedangkan ilmu menjaga Anda. Oleh karena itu, ilmu lebih baik dari pada harta.
Allah SWT berfirman: “…Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat…” (QS. Al-Mujadilah [58]: 11).
“Apabila kamu melewati taman-taman surga, minumlah hingga puas. Para sahabat bertanya,”Ya Rasulullah, apa yang dimaksud taman-taman surga itu?” Nabi SAW menjawab,”majelis-majelis ta’lim.” (HR. Al-Thabrani).
Rasulullah SAW bersabda: “Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim, no. 2699)
0 Comments