0

‘Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan.” (QS Al-Alaq:1).

Membaca merupakan perintah pertama yang difirmankan Allah SWT lewat surah Al-Alaq. Karenanya, Rasulullah SAW mewajibkan umatnya untuk menuntut ilmu hingga akhir hayat. Membaca buku atau kitab merupakan salah satu sarana menuntut ilmu yang efektif. Sejak dulu, para ilmuwan dan ulama Muslim sangat memuliakan buku atau kitab sebagai sumber ilmu. Mereka menjaga dan merawat buku dengan sebaik-baiknya. Sehingga, peradaban Islam sempat mencapai puncak kejayaannya di era-keemasan.

Tak heran jika terlahir ilmuan muslim yang mendunia. Kajian literasinya tak diragukan lagi. Penemuan fenomenal lahir dari rahim islam. Diantaranya, Ibnu Sina, Ar-Razi, Alhazen, Jabir Ibnu Hayyan, Al-Kirmani, El-Zahwari, Abu Mansyur Almaturiddi, Razes, Al-Farabius, dan Abul Wafa, dan masih banyak lagi yang lainnya. Mereka mampu menemukan disiplin ilmu tertentu dengan budaya membaca dan menulis. Mengkaji via buku-buku yang membuka cakralawala berfikir luas.

Menurut Key Pugh, presiden dan direktur penelitian Haskins Laboratories kepada majalah Oprah, dibandingkan menonton televisi atau mendengarkan radio, membaca dapat memberikan pelatihan yang berbeda. Baik ketika memahami halaman per halaman atau hanya membaca intruksi manual mesin pembuat kopi.

Bagian otak telah mengembangkan fungsi lain seperti kemampuan imajinasi, bahasa dan pembelajaran asosiatif, semua terhubung dalam sirkuit saraf tertentu ketika membaca. Key Pugh pun berkesimpulan jika kebiasaan membaca dapat memacu otak dalam berpikir dan berkonsentrasi. Jika kata Emilie Buchwald, Buku adalah mercusuar yang berdiri di tepi samudra waktu yang luas.

Islam sebagai agama yang universal bahkan mengatur tata cara atau adab terhadap buku. Syekh Abdul Azis bin Fathi as-Sayyid Nada dalam Mausuu’atul Aadaab al-Islamiyyah menjelaskan adab memiliki, merawat, serta menjaga buku sebagai  sumber pengetahuan.

Menurut Syekh Sayyid Nada, seorang Muslim wajib mengikhlaskan niatnya ketika membeli buku. Menurut dia, niatkan membeli buku itu untuk mendulang faedah dari buku tersebut untuk diri dan orang lain. Sehingga, kita dapat mengetahui berbagai ilmu pengetahuan baik agama maupun umum  dari buku itu yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain.

Memiliki buku bukan untuk kebanggaan dan pamer

Saat memiliki buku, kata Syekh Sayyid Nada, hendaknya diniatkan untuk membaca dan mengambil manfaatnya dan disebarkan kepada orang lain. Membeli, mengoleksi dan menyimban buku hendaknya tidak untuk bertujuan riya atau pamer.“Memiliki buku dengan tujuan pamer atau riya, maka pelakunya akan mendapat dosa,’’  ungkapnya. Bahkan, kata dia, sikap pamer itu akan menghapus amalannya terkait buku-buku tersebut. Niatkan memiliki buku itu untuk mengharap ridha Allah SWT, bukan untuk mendapatkan pujian dan kenikmatan hidup dunia.

Raihlah mimpimu dengan banyak membaca buku. Sebab itulah amal yang tak terputus zaman. Mangalir deras bak air langit menyirami bumi. Buku membuat kita hidup. Hidup dalam segala dimensi. Bebas berekpresi untuk mengejar asa. Hingga Moh. Hatta berkata, Aku rela di penjara asalkan bersama buku, karena dengan buku aku bebas.

Ada ucapan dari Abdurrahman Faiz dalam kutipan puisinya tentang buku. Ia berkata, Buku yang kubaca selalu memberi sayap-sayap baru. Membawaku terbang ke taman-taman pengetahuan paling menawan, melintasi waktu dan peristiwa, berbagi cerita cinta, menyapa semua tokoh yang ingin kujumpai, sambil bermain di lengkung pelangi.

Teringat ketika saya ingin sekali memiliki buku tentang sejarah islam yang ditulis oleh KH Agus Sunyoto yang berjudul “Atlas Walisongo” yang begitu fenomenal. Ngidam banget dengan buku tersebut. Hingga saat diterbitkan saya mencari di beberapa toko buku online maupun offline. Setelah berburu sekitar enam bulan, saya dapatkan buku itu. Rasa bangga nan syukur telah memiliki seutuhnya.

Kau mungkin punya harta tak berhingga. Yang aku tak punyai duniawi itu. Tumpukan emas dan permata menjadi candu semata. Aku takkan pernah lebih kaya dari padamu. Aku tak kan lebih merasa miskin. Akupun takkan merasa sepi. Tapi, aku punya bunda yang membacakan buku untukku.

Buku untuk masa depan yang lebih baik. Menggerakkan literasi lini masa. Membangun peradaban yang kian menyerebak asa. Belajar membaca bagaikan menyalakan api kehidupan; setiap suku kata dan kata yang di eja akan menjadi percik yang menerangi. Menjulur jalan kebahagian meraih cita. Beradil berfikir ikhlas berkarya. Sebuah kamar tanpa buku bagaikan tubuh tanpa jiwa. Apalagi jiwa yang tanpa buku. Gersang pasti kau rasa.


Like it? Share with your friends!

0

0 Comments

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Share this
Chat
Hallo Sahabat Al Uswah
Admin ChatAl Uswah CentreWhatsApp
Dsu Al UswahWhatsApp